Halaman

Senin, 17 Agustus 2020

keadilan sosial vs kemakmuran politik


keadilan sosial vs kemakmuran politik

Produk dan atau tayangan sinetron 2020 di layar kaca. Tuntutan penulis skenario, pemodal, sutradara menjadikan pemain utama pria pakai busana setelan jas lengkap. Cuplikan adegan lokasi di kuburan pun, kustom tetap sama. Agar gampang ditengarai, mudah diingat pemirsa. Kejadian  peristiwa zaman tak jelas, pokoknya pakai jas.

Setiap putra-putri asli pribumi nusantara, punya penyakir ringan mematikan. Penyakit berat memberatkan keluarga, beban bagi yang masih hidup. Laju ilmu kedokteran, dunia medis, klinis dan kalangan inudstri farmasi, selalu mengekor atau datang belakangan. Penyakit menular sudah masuk tataran global, obat tampil terlambat.

Momentum menghadapi agresi covid-19 agar penguasa unjuk gigi. Tak pakai lama, tunggu batas waktu periode. Sah-sah saja mengandalkan tolak bala dari negara pencetus virus. Indonesia lawak klub dengan cerdas rasa, menampilkan tema Indonesia bangga. Emosi, energy, daya batin pemirsa diaduk diudak tanpa norma kenegaraan.

Sinkrétisme kepolitikan nusantara menjadi alternatif. Bukan politik alternatif. Puncak semu, klimaks fiktif, fatamorgana hakikat kemanusiaan tertinggi diraih berkat atau dengan indikasi manusia politik makmur-sejahtera.

Pengakuan kebenaran secara aklamasi buta hati bahwa kelompoknya adalah pihak paling benar.sekaligus memojokkan lawan politik selaku pelaku sesat. Gembala politik global tak rela jika nusantara bangkit dari keterpurukan.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar