Halaman

Kamis, 27 Agustus 2020

dilema praktik demokrasi nusantara, bara lokal vs kabur global


dilema praktik demokrasi nusantara, bara lokal vs kabur global

Maskerisasi wajah demokrasi nusantara menjadi fungsional. Perlambang bungkam, bisu atau tutup mulut. Sekaligus bukti antisipasi asap “karhutla” masuk kota. Salah satu simbol ada hukum, jalan tegaknya hukum. Simbol negara kumpulan orang bi-jaksa-na.

Siklus, sirkulasi, sindikasi, transaki modus operandi perpolitikkan nusantara tak kalah pasal, lebih laju dengan negara maju. Catatan kaki menunjukkan sudah ada sistem kartel politik versi nusantara.

Secara tradisional kartel politik nusantara ditandai melalui tiga hal: harga jual kursi, nilai jual anggota, dan teritorial pengaruh biaya politik. Efek domino terciptanya otokrasi oleh juara umum pesta demokrasi. Secara perpolitikkan makro mengakibatkan inefisiensi alokasi sumber daya politik. Rakyat pengguna hak politik dirugikan secara berkelanjutan selama satu periode. Terjadi kehilangan alternatif pilihan, kualitas kandidat yang bersaing terfokus, dan layanan purna coblosan yang baik.

Pasal lain. Sistem praktek demokrasi multipartai, setengah demokrasi, multipilot, asosiasi politik, arisan politik, dominasi manusia politik-ekonomi, kepentingan penguasa, biaya politik.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar