Halaman

Kamis, 13 Agustus 2020

barang siapa merusak properti daripada demokrasi nusantara


barang siapa merusak properti daripada demokrasi nusantara

Jangan membayangkan ada benda dan kebendaan mewujud nyata, teraba indra, fisik apa itu demokrasi. Sebaliknya, terasa oleh radar hati betapa kandungan tata moral politik nusantara. Semboyan “politik sebagai panglima” sampai hak prerogatif oknum ketua umum partai politik usaha keluarga. Kebijakan pemerintah merupakan formalisasi konstitusional efektivitas hukum politik kawanan, koalisi partai politik pendukung penguasa.

Stigma politis bahwasanya jabatan presiden pilihan langsung rakyat pengguna hak politik, hanya dianggap petugas partai. Bukan pelecehan terang-terangan atas simbol negara. Sistem pemilihan umum memperkuat gaya deduksi.  Penarikan kesimpulan dari keadaan umum, kondisi khalayak bangsa; menemukan yang khusus dari yang umum; merumuskan yang spesifik dari yang khusus.

Gembala politik penabur dan penabur berita fasik, sejak zaman penjakah bangsa Belanda. Misi terselubung, gerakan aksi senyap pemurtadan.  Paham anti monotheisme berbaur, berkomparador dan bersinergi dengan radikal bebas atheisme. Anutan dinamisme plus animisme, menjadi haluan partai politik bebas terbuka.  

Berhala reformasi adalah siapapun pemegang otoritas politik, bak dewa penentu nasib bangsa dan negara.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar