Halaman

Rabu, 05 Agustus 2020

sedikit demi sedikit akhirnya tetap sedikit


sedikit demi sedikit akhirnya tetap sedikit

Kebubutuhan air bersih, air minum penduduk mampu menarik investor multipihak. Teknologi memanfaatkan air lokal menimbulkan masalah lingkungan. Pengguna air berebut kuasa, antara pertanian, industri dan perumahan. Belanja keluarga termasuk buat beli air.

Pola sebaran perumahan menjadikan pasokan air secara alami, sesuai siklus hidrologi, tetap kewalahan. Air masuk bagian pangan, mau tak mau menjadi kebutuhan dasar manusia. Air kemasan menjadi alternatif penyedia barang yang komersial. Daerah kekeringan, sulit air, langka air menjadi langganan.

Pemanfaatan lahan pekarangan menjadi daerah tangkapan air, sulit diwujudkan. Tipe rumah dengan lahan minimalis. Mengoptimalkan setiap jengkal tanah untuk hunian. Air hujan tak terserap bumi di kawasan perumahan. Apartemen apalagi bangunan tinggi, jelas kebutuhan air tak bisa mengandalkan PDAM.

Kadar pengetahuan tentang siklus hidrologi tak diimbangi kebijakan tata air. Air laut ikut andil memasok air tanah.  Anomali cuaca sekaligus sebagai reaksi alam terhadap kebijakan umat manusia mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya air. Ada kebijakan DAS nasional atau daerah, malah bak proyek abadi.

Efektivitas hadapi agresi covid-19 dengan pola hidup di rumah saja. Mau minum tak perlu sibuk di dapur. Memanfaatkan belanja dalam jaringan. Jadilah akumulasi persedikitan. Bukan sedikit-sedikit air 3x. Air koq cuma sedikit. Tidak ada pihak yang mau menimbun air. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar