Halaman

Jumat, 28 Agustus 2020

merdeka langsung tua tanpa dewasa


merdeka langsung tua tanpa dewasa

Bulan, bumi dan matahari selaku hamba-Nya. Secara individu punya tugas mandiri dan tidak saling intervensi. Sinergi kolaborasi demi kemaslahatan umat manusia. Manusia punya sistem kalender, penanggalan. Bisa mengetahui umur dan atau usianya. Tahu kapan kejadian perkara. Paham ukuran dan batasan waktu.

Esok hari belum terjadi menjadi perkara gaib. Menjadi urusan-Nya. Doa bakda isya’, berharap bisa tegakkan sholat malam, sholat tajahud di sepertiga akhir malam. Lanjut subuh berjamaah di masjid. Kejadian di dunia memang tak pasti sesuai prosedur kehidupan. Manusia wajib berikhtiar. Soal hasil hak prerogatif Allah swt.

Antar anggota keluarga punya pernasiban masing-masing. Sesuai skenario-Nya. Urut kelahiran tak identik dengan ukuran pemikiran manusia. Menghormati yang lebih tua menjadi adab berkeluarga. Bagaimana peran saudara lelaki terhadap saudara perempuannya, sudah ada dalilnya. Lebih daripada itu, bagaimana menyikapi kehidupan bermasyarakat.

Secara normatif Allah swt sudah memberikan sinyal kepada manusia yang akan habis kontrak. Perubahan pada warna rambut, penurunan daya penglihatan serta tubuh tak lagi gagah. Allah swt tetap memberi peluang agar manusia panjang umur dan lapang kubur.

Pertambahan umur dan atau usia manusia sesuai waktu. Tak otomatis paralel, bareng dengan pertumbuhan biologis maupun aspek penyertaannya. Hitugan detik, nasib manusia bisa berubah. Urutan dalam keluarga bisa keterbalikan dengan kondisi yang biasanya, kondisi yang seharusnya. Bayi kembar tak selamanya mengalami nasib atau ikhwal “kembar”.

Ungkapan tua-tua kelapa. Keenakkan duduk sampai lupa waktu. Kalau tak digalah, tetap tabah duduk manis di atas. Semakin tua tetap berharap kuasa. Yang muda merasa aman, nyaman, tentram di balik punggung.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar