meredam konflik dengan
konflik
Siklus hidup
kehidupan bernegara, terlebih di negara berkembang, penganut sistem praktek
demokrasi multipartai, setengah demokrasi, multipilot, asosiasi politik, warisan
dan atau arisan politik, dominasi manusia politik-ekonomi, kepentingan
penguasa, biaya politik dan sebutan semaksud lainnya.
Maksud benderangnya,
konflik menjadi indikator dinamika kehidupan. Hidup memang tidak untuk cari
masalah. Hidup sehat dengan dalil jangan menghindar dari masalah, permasalahan,
problema tapi bukan berarti berjibaku. Menghadapi konflik secara frontal,
total, kolosal.
Polisi dunia, penjaga
perdamaian dunia merasa tak aman jika tak ada konflik. Lebih daripada itu, industri
alat perang, alat pemusnah massal menjadi sia-sia. Biaya riset unggulan tanpa
uji coba, bak buang garam ke laut. Alasan penguasaan sumber alam, sumber daya
alam – khususnya minyak – masuk skenario konflik dan tersedia aneka paket
konflik.
Pemerintah menetapkan
dan menterapkan NSPK (norma, standar, pedoman, kriteria) agar pihak hobi
konflik, paham manajemen konflik, konflik kepentingan, konflik sosial dan
perkonflikkan lainnya.
Pemeritah manapun alergi
dengan suasana stagnan, idel, adem-ayem tanpa selera, tak ada angin. Menjaga
stabilitas dengan cara membiarkan bara konflik horizontal atau malah sengaja
memelihara antar pihak. Pemerintah hadir disetiap konflik. Tawuran antar anak
sekolah, bak musuh bebuyutan. Menjadi bidang garap berdampak kondite, karier,
kesejahteraan.
Konflik berkelanjutan
menjadi langganan dan ironis terjadi di ibukota negara.
Sekedar menambah daya
ingat. Kata ahli yang tak mau disebut ahli. Definisi konflik kepentingan politik
bervariasi dan setiap saat berubah tanpa sosialisasi. Secara umum mengacu fakta kejadian alami kepentingan
pribadi (private interests) berbenturan, kontradiksi, bertolak belakang
dengan tugas utama dan tanggung jawab resmi (formal duties/responsibilities).[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar