Halaman

Sabtu, 08 Agustus 2020

dilema cerdas lelap, tidur 8 jam sehari vs tiap 8 jam tidur


dilema cerdas lelap, tidur 8 jam sehari vs tiap 8 jam tidur

Lama tidur manusia berbanding terbalik dengan umur dan atau usia. Sejak hari pertama lahir di dunia. Nyaris 24 jam tidur. Tumbuh kembang anak sampai jelang babak bau tanah, terjadi reduksi jam tidur plus kualitas tidur. Keterkaitan dengan nikmat dunia menentukan beban hidup yang terbawa ke alam mimpi.

Ikhtiar manusia meredusir beban hidup di dunia, bukan dengan tindak aksi memilah memilih pasal peringanan liwat jalur religiusitas. Ikatan moral keduniwian membentuk sifat tergantung pada manusia lainnya. Nasib tergantung kebijakan penguasa. Kendati sama-sama pengguna kontrak politik tak otomatis saling mengkuatkan. Bersinergi.

Tiap insan punya tradisi, kebiasaan, tata cara, adat berkehidupan dalam skala harian. Tipikal dan nyaris tanpa peningkatan yang berarti. Seperti biasanya menjadi dalil wajar tanpa merasa rishi. Bahkan yakin dengan hipotesa hidup tak perlu tergesa-gesa. Antara kebiasaan datang lebih awal atau model mepet-mepet waktu baru jiwa tergugah.

Istilah kehidupan, kreativitas seseorang muncul dalam kondisi ada tekanan dari segala arah tak terduga. Sulit mengelak walau cangkem ahli bersilat lidah tak bercabang. Kesulitan ekonomi, masuk golongan orang susah atau sulit cari duit, seolah terbuka ide, gagasan, inspirasi cerdas ceria. Padahal, jika mau ikuti dalil simpel ilmu ekonomi. Ada niaga tak perlu mulai dari nol, tak pakai start awal. Tak butuh keringat sendiri. Modal dengkul atau tampang, sami mawon.

Percepatan waktu, pemadatan waktu karena manusia tak dikendalikan waktu. Keterkaitan keluaran masa lalu sebagai masukan masa sekarang plus keterkaitan keluaran masa sekarang sebagai masukan masa depan. Berlaku selaku hamba-Nya. Menjadikan hari ini lebih baik ketimbang kemarin. Esok hari yang belum terjadi masukan urusan gaib menjadi hak total Allah swt. Tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).

Ambil enaknya. Hukum Allah swt belum berlaku bagi anak yang belum akil balik, di bawah umur, belum non-produktif sesuai bonus demografi. Juga bagi orang penyandang penyakit jiwa, hilang ingatan dan sebutan medis atau sosial lainnya. Orang lelap malam atau sementara mati, jiwanya dalam genggaman-Nya, termasuk bebas hukum.

Wajar pada manusia usia lanjut atau batas umur sudah tidak produktif, versi bonus demografi. Terjadi kejadian susah tidur vs sulit bangun. Mengacu judul olah kata “susah tidur malam vs sulit bangun malam”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar