Halaman

Kamis, 13 Agustus 2020

tawa getir dosa politik masa lalu yang tak pernah berlalu


tawa getir dosa politik masa lalu yang tak pernah berlalu

Pengalaman bangsa dengan tata moral partai politik ahli makar, membuat bangsa ini menjadi pemaaf. Memberi peluang dan kesempatan untuk mengulang tragedi politik. Rékonsiliasi diterjemahbebaskan menjadi persekutuan dalam perseteruan, perseteruan dalam persekutuan. Perjanjian lama dengan setan politik teranyarkan sesuai babakan sejarah.

Sikap intoleransi berbasis antipati, menjadi respon utama putra-putri pribumi. Menjurus ke gaya hidup anti-sosial. Terbetuk sejak dalam kandungan, sejak tembus batas relasi mudun lemah sampai tahap bau tanah. Takut atau merasa terasing dalam pergaulan bebas tanpa batas antar kawanan, komunitas berdaulat dan dari aspek keberuntungan. Intoleransi terhadap serba beda menjadi agenda utama politik lawas teranyarkan oleh keadaan.

Kebutuhan akan rasa diterima oleh lingkungan politik praktis, menimbulkan butuh rasa rukun. Demi kerukunan hidup, maka gaya hidup manusia politik di ajang gaul, berlaku selaku manusia seutuhnya.

Tak ada istilah, ungkapan berbasis tobat politik. Modus operandi penguasa menjaga stabilitas kontrak politik, agar mulus di jalur lurus sampai babak final, tanpa ATHG yang berarti. Belajar dari pengalaman para pendahulu. Jangan mendaur ulang dosa politik yang sama. Pakai dalil koalisi intim. Tangan kiri merangkul akrab, tangan kanan main tonjok. Kaki bebas sepak, injak sana-sini.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar