tawa getir dosa politik masa
lalu yang tak pernah berlalu
Pengalaman bangsa dengan
tata moral partai politik ahli makar, membuat bangsa ini menjadi pemaaf.
Memberi peluang dan kesempatan untuk mengulang tragedi politik. Rékonsiliasi diterjemahbebaskan
menjadi persekutuan dalam perseteruan, perseteruan dalam persekutuan. Perjanjian
lama dengan setan politik teranyarkan sesuai babakan sejarah.
Sikap intoleransi
berbasis antipati, menjadi respon utama putra-putri pribumi. Menjurus ke gaya
hidup anti-sosial. Terbetuk sejak dalam kandungan, sejak tembus batas relasi mudun
lemah sampai tahap bau tanah. Takut atau merasa terasing dalam pergaulan bebas tanpa
batas antar kawanan, komunitas berdaulat dan dari aspek keberuntungan. Intoleransi
terhadap serba beda menjadi agenda utama politik lawas teranyarkan oleh
keadaan.
Kebutuhan akan rasa
diterima oleh lingkungan politik praktis, menimbulkan butuh rasa rukun. Demi
kerukunan hidup, maka gaya hidup manusia politik di ajang gaul, berlaku selaku
manusia seutuhnya.
Tak ada istilah, ungkapan
berbasis tobat politik. Modus operandi penguasa menjaga stabilitas kontrak
politik, agar mulus di jalur lurus sampai babak final, tanpa ATHG yang berarti.
Belajar dari pengalaman para pendahulu. Jangan mendaur ulang dosa politik yang
sama. Pakai dalil koalisi intim. Tangan kiri merangkul akrab, tangan kanan main
tonjok. Kaki bebas sepak, injak sana-sini.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar