Halaman

Senin, 03 Agustus 2020

berkemajuan di tempat vs di tempat berkemajuan


berkemajuan di tempat vs di tempat berkemajuan

Konektivitas internal bangsa membuat perasaan diri merasa kuat karena jumlah. Pengguna aktif jasa layanan berbayar apalagi gratis teknologi BTL (bicara tak langsung). Duduk manis tanpa tatap muka, energi saling libas tersalurkan 24 jam. Terdeteksi generasi bau kencur sampai generasi bau tanah, baku ujaran bebas nalar. Tepatnya, merasa laik tanding tapi tak punya lawan laga.

Kaidah berbahasa tutur naupun bahasa tulis, mendorong kreativitas anak bangsa pribumi. Gemar jebakan obsesi pengganda ujaran cap – model batik cap – merasa bagian dari penguasa. Interaksi aksi terasa bermanfaat jika mampu memperkeruh suasana kebatinan diri sendiri tanpa sadar. Daya bahasa selaku cerminan adab diri. Semakin bergelar akademis bukan jaminan tata bahasa masuk tahap sadar bahasa.

Berbahasa memerlukan siklus peremajaan yang bersumber pada tata moral diri. Sistem imunitas diri pada generasi saling libas menjadi cerminan adab politik bangsa. Padahal, tata moral menjadi bagian penting dalam penyusunan struktur kaidah berbahasa.

Kendati negara sibuk membangun peradaban berbahasa, oleh karena pada praktiknya sistem penebar dan penabur berita dikuasai oleh negara. kendati tiga komponen penguatan berbahasa, yaitu struktur bahasa, substansi bahasa dan budaya bahasa. Kalah garang dengan politik bahasa. Jadi, nilai dan aspek keindonesiaan kian kabur, gara-gara gaya bahasa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar