Halaman

Selasa, 18 Agustus 2020

panjang umur, akal sehat vs umur sehat, panjang akal


panjang umur, akal sehat vs umur sehat, panjang akal

Bukan mempertentangkan, apakah pilihan atau apakah ketetapan-Nya. Niat bulat plus ikhtiar menerus manusia untuk berjalan di jalan lurus. Wajar jika ada pihak merasa, bahwa kisah sukses diri berkat pendayagunaan otak dan pembudidayaan otot di atas rata-rata manusia lokal.

Manusia pemilik usus panjang dan otak besar, ternyata boros energi. Pola isi ulang, semakin diisi langsung terasa kurang. Hakikatnya, seorang anak menyertakan dalam dirinya potensi tumbuh normal sesuai fitrah dan ketauhidan. Kecenderungan bawaan tadi menjadi potensi mewujudkan diri yang baik secara akhlak.

Curahan nikmat potensi primordial dari Allah swt kepada hamba-Nya, modal memanfaatkan waktu singgah di dunia. Kendati manusia diciptakan oleh Allah swt selaku khalifah di muka bumi. Tak otomatis mampu masuk tataran kebisaan dan kebiasaan manusia mengharapkan dirinya.
                                                                                         
Akal daya pikir, potensi nalar, kapasitas logika menjadikan manusia merasa bisa. Menu dari buah yang tumbuh di dalam permukaan tanah alias umbi. Mampu mendongkrak martabat, diet ketat jaga bugar raga santap kentang rebus. Sebaliknya, masuk kasta rakyat jelata karena asupan gizi makanan pokok berbasis olahan ubi dan atau singkong.

Keterlibatan manusia dengan urusan duniawi. Secara fisik dimulai sejak ritual tedhak siten (mudun tanah) sampai bau tanah. Masuk babakan hidup bau tanah, sudah tampak sinyal sukabumi. Tetap saja injak-injak tanah tanda girang atau kursi ketinggian, nafsu pun tak sampai. Dunia tak pernah lelah ngomong dan ngemong anak manusia sampai kiamat, akhir zaman.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar