panjang umur, akal sehat vs umur sehat, panjang akal
Bukan mempertentangkan, apakah pilihan atau apakah
ketetapan-Nya. Niat bulat plus ikhtiar menerus manusia untuk berjalan di jalan
lurus. Wajar jika ada pihak merasa, bahwa kisah sukses diri berkat
pendayagunaan otak dan pembudidayaan otot di atas rata-rata manusia lokal.
Manusia pemilik usus panjang dan otak besar, ternyata
boros energi. Pola isi ulang, semakin diisi langsung terasa kurang. Hakikatnya,
seorang anak menyertakan dalam dirinya potensi tumbuh normal sesuai fitrah dan
ketauhidan. Kecenderungan bawaan tadi menjadi potensi mewujudkan diri yang baik
secara akhlak.
Curahan nikmat potensi primordial dari Allah swt kepada
hamba-Nya, modal memanfaatkan waktu singgah di dunia. Kendati manusia
diciptakan oleh Allah swt selaku khalifah di muka bumi. Tak otomatis mampu
masuk tataran kebisaan dan kebiasaan manusia mengharapkan dirinya.
Akal daya pikir, potensi nalar, kapasitas logika menjadikan
manusia merasa bisa. Menu dari buah yang tumbuh di dalam permukaan tanah alias
umbi. Mampu mendongkrak martabat, diet ketat jaga bugar raga santap kentang
rebus. Sebaliknya, masuk kasta rakyat jelata karena asupan gizi makanan pokok
berbasis olahan ubi dan atau singkong.
Keterlibatan manusia
dengan urusan duniawi. Secara fisik dimulai sejak ritual tedhak siten (mudun
tanah) sampai bau tanah. Masuk babakan hidup bau tanah, sudah tampak sinyal
sukabumi. Tetap saja injak-injak tanah tanda girang atau kursi ketinggian,
nafsu pun tak sampai. Dunia tak pernah lelah ngomong dan ngemong anak manusia
sampai kiamat, akhir zaman.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar