sétan ora doyan, demit ora ndulit, koruptor nyaplok gedhé
Pemirsa usul atau ajukan fakta lain. Tiap orang punya bukti otentik lebih dari satu fakta. Selaku pengolah kata, bersyukur ada pihak peduli plus keluar jurus pengingat. Seni berolah kata mampu gugah minat multipihak. Sarana penyaluran aspirasi arus bawah. Akumulasi kebenaran karena memang benar, bisa menumbangkan angkara seberapa perkasanya.
Kalau sudah rezeki, tak perlu keringat sendiri. Tahu-tahu sudah di depan mata, bingung pilah pilih sesuai pasal moral politik. Ketentuan lain antara tersurat dengn tersirat. “blobok ing pojok mata ora kétok”. Dekat di mata, tapi apa daya tak bisa dilihat. Apa itu vs itu apa. Ada di diri kita, tapi sulit dijangkau atau susah diraih dengan tangan. Apa itu vs itu apa.
Fakta di atas, dan mungkin masih ada yang lain. Bukti otentik, orisinal bahwa manusia tetap manusia. Ada sisi manusiawi yang merupakan bukti lemah diri. Tapi tetap nyaring melengkingnya.
“nasi di depan mulut, belum tentu rezeki diri”. Wajar
sesuai daya nalar, bahwasanya sukses diri berkat usaha diri, potensi diri,
keringat sendiri. Ingat semboyan generasi super-milenial berbasis digital. Saat
berkolaborasi dengan lawan jenis, merasa dunia milik berdua. Yang lain
ngontrak. Pihak ketiga adalah setan plat hitam. Beda pada nomor ganjil atau
nomor genap. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar