sadar diri berlapis namun belum berkeinsyafan
Pengalaman empiris seseorang tanpa pembelajaran atau ambil hikmah bermasa lalu. Ikhlas melepas kejadian yang sudah terjadi. Mirip kisah seorang manusia usai buang hajat besar, buang air besar tidak mempersoalkan yang sudah dibuang. Tidak pakai ditunda-tunda, dinanti-nanti. Sebagai aksi yang disegerakan.
Pada kejadian nyata, kesadaran kritis individu dalam menjalankan roda kehidupan bermasyarakat, syarat teknis utama. Media mendominasi perjalan tanpa sadar pribumi. Ketika manusia masih berdaulat atas dirinya. Sadar kepercayaan pada diri sendiri menjadi titik kunci utama. Selaku pemulih dan pemilih agar nusantara sadar akan krisis kemanusiaan akibat kondisi lingkungan hidup.
Sadar, datang terlambat atau sampai belakangan. Kendati kita sadar sedang, masih hidup di dunia, namun tak sadar mau apa, untuk apa. Ketika kuping menangkap berita duka cita, meninggal dunia, lelayu. Radar hati fokus pada siapa yang punya nama. Kenal atau kebetulan satu lingkungan tempat tinggal. Sadar diri tergugah. Karena yang wafat jauh lebih punya umur, sadar syukur beda umur masih jauh.
Kesadaran akan sadar diri antar waktu, senantiasa mengarah ke depan, fokus ke ihwal yang tidak saja bersifat saling memahami (mutual understanding). Lebih daripada itu, pasca sadar diri masuk ke tahap, babak persaingan hidup kian sengit.
Pengetahuan plus keilmuan manusia tentang hidup kehidupan di dunia, kiranya mungkin belum tentu dibarengi dengan kesadaran. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar