ada-ada saja, padahal ada saja
Tidak terikat dengan kasus momentum peduli sekali penguasa tahun pertama protokol kesehatan. Rakyat terbiasa dengan tekanan, intimidasi politik subnasional, nyaris 24 jam. Nyanyian tirani minoritas terasa sampai urusan garam dapur keluarga berkedaulatan, rumah tangga sejahtera. Lingkungan strategis menjadi batu loncatan mau apa saja.
Sepertinya ada pergeseran pakem. Tradisi mulia partai politik untuk mencetak siapa saja menjadi apa saja. Masih pada periode yang sama. Segala kemungkinan yang seolah tidak mungkin, malah menjadi menu harian bernegara. Pergantian bermungkin-mungkin tak kenal batas waktu. Kegelisahan diri karena tuntutan pantat melebihi ambang bawah berkedudukan.
Semula tabu, aib, nista, cela diri. Namun karena dilakukan secara formal, kolosal, massal. Menjadi tradisi kepolitikan nusantara tanpa dapat diganggu gugat. Saking membludak animo, daftar antrian melampaui kuota, melebihi catu daya ideologi lokal. Rasa jenuh di rumah saja, berdampak kepada anak kesorean lelap malamya.
Kadar bobrok negara ditengarai kebebasan peolok-olok politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar