Halaman

Sabtu, 06 Maret 2021

lihat multipartaiku, penuh dengan

lihat multipartaiku, penuh dengan

 Lagu anak-anak tempo doeloe, tenar zaman Orde Lama. Di balik misteri lirik plus nada, seolah pratanda akan terjadi di beda zaman. Semisal, lagu “lihat kebunku . . . . “. Kata, lema ‘kebun’ muncul di lagu lain. “Menanam jagung di kebunku . . . “. Fokusnya gejala alam efek dari tindak tanduk manusia.

 Pentingnya analisis yang terpadu untuk membaca fenomena alam. Mulai dari daya sensasi diri. Memanfatkan fungsi panca indra untuk merekam. Mengetahui status dinamis dan posisi diri terhadap sistem lingkungan hidup.

 Lanjut dengan persépsi alias tanggap, peka, peduli terhadap perubahan yang berdampak nyata. Mengolah masukan indra melalui proses penafsiran akal dan jiwa, menjadi dasar rencana tindakan diri. Di sini faktor pengalaman hidup sangat berperan. Kecuali pakai pasal masa bodo, emangnya gue pikirin atau gaya generasi peolok-olok politik.

 Mungkin yang ketiga, tentang daya ingat, memori seorang manusia. Sénsibilitas, sénsitivitas diri menjadi alat kendali diri. Mengorganisir diri, aktif berkomunikasi dengan penguasa alam. Rekayasa genetika politik mendongkrak kebutuhan akan pelampaubatasan. 

Mengingat pada hakikatnya manusia punya alat kelengkapan diri berupa naluri. Muncul saat akal sehatnya krisis, kritis. Desakan untuk bertanggung jawab atas baik-buruk tindak tanduknya. Namun, efek domino mental nusantara, bangga masa lalu vs malu masa depan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar