optimisme lelakon ing nusantara, antara lutut dan mulut
Terjadilah kejadian serangkaian berhimpitan fakta. Beririsan tapi kontradiktif, bertolak belakang walau karena posisi terpaksa tatap pandang. Jelas kilasnya, salah satu faktor produksi yang belum dipunyai yaitu M = modal, kiranya dapat menghambat para pelaku bisnis (entrepreneur) pemula, start up untuk menapak. ‘M’ lain yaitu Metode yang dipunyai, menjadikan usaha non formal dan belum matang.
Pihak lain, muncul kreativitas, produktivitas model pendengung. Mulai padat modal sampai pihak bukan untuk cari duit. Yang disebut terakhir, adalah pihak berkejiwaan belum ada sebutan ilmiah. Pokok idealismenya, jika ada satu suku bangsa musnah tanpa versi genosida. Minimal korban tidak perlu melepas nyawa, asal kehilangan jati diri, sudah puas hati. Modus pembinasa jiwa sesama anak bangsa, dipelihara oleh negara. Menjadi andalan penguasa.
Pemerintah merupakan suatu multi organisasi yang memiliki alat kelengkapan kewenangan serta perlindungan berkewenangan untuk mengelola bentukan negara. Lewat kesatuan politik serta pemegang tunggal otoritas politik.
Modal manusia (human capital) menjadi komponen penentu dalam pergerakkan ekonomi lokal dan pertumbuhan ekonomi regional. Bukan asumsi jika bahwa orang yang lebih banyak bekerja dengan menggunakan otaknya daripada menggunakan tangan.
Apakah atau adakah antar pelaku aktif partai berkolaborasi secara sinergis untuk mewujudkan ekonomi kreatif, produktif generasi pewaris masa depan agar berkemandirian. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar