janji politik, sebab segala penyebab bencana
Kalau memang demikian halnya. Tidak perlu diuraiberaikan lagi. Malah tampak nyata tidak tahu duduk perkara. Merasa bisa mendirikan, menegakkan fakta dengan asas tahu sama tahu. Menyangkut lema ‘politik’ menjadi bahan bebas komentar. Pendekatan dengan lihat tayangan potret. Simak gaya pelaku plus situasi lingkungan strategis. Pelintas pertama, itulah titik pembuka kebaikan.
Manusia dengan segala atribut kediriannya. Begitu membuka pintu kebaikan untuk segala umum. Otomatis pintu otomatis kebaikan lain terbuka, saling berhubungan. Bermula dari ikhwal kebaikan untuk diri sendiri namun dampak manfaat bagi lingkungan terukur. Terbawa bersama arus tubuh diri kemana kaki menapak. Suasana kebatinan ybs mampu merubah suasana dimensi yang dimasukinya.
Niat kasat mata tanam pohon buah di halaman depan rumah tinggal. Kemanfaatan terukur sesuai kelas penerima manfaat. Sebaran daun kering sampai buah kedahuluan codot. Sedekah. Runyam hati jika tetangga merasa belum keantaran, kebagian buah. Cuma lihat, hidung mekar dan berharap saja. Dibilang bebas petik sendiri, malah mengomel benderang.
Kembali ke pasal pendukung judul. Tebar dan tabur janji kampanye daripada pesta demokrasi. Ala penebar dan penabur fitnah dunia. Antisipasi gerakan aksi ingatkan dan tagih janji. Penguasa sigap siaga pasang muka kawanan pendengung. Ahli pembolak-balik fakta. Namanya kebusukan berlapis, semakin dikemas secara moral konstitusional. Muncul kebusukan lain yang tidak terduga. Antar kebusukan saling adu nyali membentuk bencana politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar