cawé-cawé nggragas, malang-malang menthung
Nyatanya, wujudan daripada persatuan Indonesia sesuai kondisi lokus plus kedirian manusianya. Terkadang manusia sulit menerima kenyataan yang melekat pada dirinya. Maunya bukan seperti dirinya yang kasat mata. Juga tak tahu apa yang dmauinya secara sadar, terukur, prospektus. Menatap wajah diri di cermin merasa berhadapan dengan mahluk asing.
Langkah awal, pertama keluar lingkaran diri untuk mencari jejak jati diri. Adat lingkungan, keluar tatanan langsung ke arah kiri, belok kiri. Tidak perlu repot menyeberang. Toleh tengok kanan pastikan tidak ada salah sasaran. Sigap waspada pihak yang tak terduga layak menyelonong tanpa permisi. Harap serba harap menjadi beban tanpa beban.
Kebiasaan seperti biasanya, menjadikan manusia yakin diri. Pakai cara kemarin atau ditingkatkan agar hasil beda sedikit. Malah pilih cara sesuai kata mata. Informasi di depan mata menjadi rujukan buat berbuat hari ini. Pengalaman menghadapai kejadian tak terduga menjadi andalan. Jika faktor penduga tidak merangsang memori, artinya tunda atau surut langkah sebelum melangkah.
Kehidupan sosial bukan berarti ikut serta selaku penyerta pasif. Memprediksi peluang berlapis malah sebagai penapis. Gagal di tahap awal, lapisan dasar perkenalan. Merasa keberuntungan semakin menjauh. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar