Halaman

Jumat, 05 Maret 2021

dadi wong vs dadi manungsa

dadi wong vs dadi manungsa

 Kalau ada saja pihak yang mempertanyakan, apa beda dan atau persamaan ‘wong’ dengan ‘manungsa’. Saking banyaknya melebihi populasi wong Jawa. Belum bisa disimpulkan secara ilmiah atau pakai bahasa gaul, gaya bahasa suka-suka, bahasa tubuh. Laporan tahunan alat negara yang beririsan dengan penduduk, warga negara dan khususnya predikat rakyat. Kian membuktikan bukti ringan tetapi tidak meringankan betapa seorang manusia.

 Perjalanan kemanusiaan seseorang, ubahan diri masih sesuai jalur kodrat, berserah nasib diri atau ikhtiar memperbaiki keturunan, mengubah status nasib yang statis. Lingkaran setan tanpa ujung perikemanusiaan, membuat antar manusia menjadi pesaing di segala penjuru kehidupan. Main lurus-lurus saja dianggap tidak manusiawi. Main cantik pakai asas tepo sliro, tenggang rasa, sak madya merasa diri takut kehilangan jati diri. Kelamaan narasi, belum menyenggol martabat manusia unggul, manusia seutuhnya.

 Wis édan tenan tetep durung kebagian. Alih tingkat ke asas anékatéga, serbatéga. Kalau tidak mégatéga, jangan tunggu belas kasihan ularan tangan bantuan asing tapi utang. Gerakan aksi nasional memanusiakan manusia liwat jalur pendek revolusi mental. 

Jadi antara multipartai dengan mégakonflik menjadi satu paket utuh. Tak bisa disubkan. Atau dipecah menjadi paket-paket kecil menghindari lelang, arisan anggaran. Kirisi multidimensi vs dimensi multikrisis berbaur akrab dengan skandal mégakasus politik. Bukan kasus tindak pidana melenyapkan barang bukti. Melenyapkan tersangka bak ‘orang hilang’ zaman akhir rezim militer-politik daripada penguasa tunggal Orde Baru. Era reformasi babak penentu, ybs pahlawan politik ‘melenyapkan’ diri, sesuai daripada. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar