penista diri sendiri, hidupmu nista melulu
Di rumah pun, kesalahan dan dosa bisa diproduk tanpa sengaja, tanpa rencana, tanpa niat. Efek dari pola meja makan. Beiringan dengan peras keringat, banting tulang. Kaki dijadikan kepala. Kepala dijadikan kaki. Akrobat kehidupan. Memang hidup adalah acting, setting-an. Skenario Allah SWT. Akhirnya anak manusia terjebak di antara dua kutub menunggu waktu vs kehabisan waktu.
Kesibukan berbangsa dan bernegara manusia politik, dalam skala 24 jam, memang sarat, padat dengan permainan waktu. Asupan ideologi menjadikan manusia politik tahan banting dan tahan segala cuaca. Akhirnya, mereka sendiri tak tahu sedang mementaskan peran apa. Skenario berlapis selalu menunggu setiap waktu. Tanpa kompromi. Makanya semua pasal modus menjadi konstitusional dalam kemasan politik.
Ketika budaya malu, urat malu, rasa malu, kadar malu nyaris terkikis habis, lenyap senyap tanpa asap dari haribaan pergaulan di NKRI ini. Namun nun jauh di belakang lubuk hati nurani masih tersisa cilal bakal sumber malu. Gencarnya serbuan berita yang tendensius. Perpaduan ujaran kebencian dengan ujaran kebohongan.
Rangkaian, rentetan peristiwa kriminal berselang-seling dengan laga tarung
bebas antar elit politik memperebutkan plus memperthnkan kekuasaan, kekayaan
dan kekuatan. Kemasan berita politik dengan berita kriminal, nyaris tak ada
beda. Semua ini, selain menyebabkan kita kebal – kecuali manusia bebal –
menjadikan kita justru bisa melihat kenyataan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar