diamnya rakyat bukan karena merasa dirinya emas
Konotasi predikat tenaga kerja adalah kelas anak bangsa pribumi nusantara karena turunan atau kelahiran, yang bekerja menggunakan tenaga. Di balik fakta ini tersurat plus tersirat, terdapat kelaziman sejak penjajahan bangsa asing, sudah resmi terjadi tanpa keringat bisa hidup nikmat. Rajah atau garis tangan antar saudara kandung bisa kontradiksi.
“Sepanjang jalan kenangan . . . “ cuplikan lagu lawas tak dikenang oleh rakyat yang juga tak dikenang oleh pelagu, pelagak. Sepetak tanah menjadi sumber kehidupan, penghasilan bagi petani gurem. Empang serbaguna, termasuk WC umum menjadi asset pemiliknya. Mendongkrak martabat, status sosial di lingkungan.
Tentulah rakyat tidak menantikan kemiskinan yang dapat melupakan, serta apalagi malah berharap kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan.
Sekedar mampir hidup di dunia, isi waktu dengan perjuangan, pengorbanan serta laku diri untuk mewujudkan masa depan akhirat yang kekal.
Ke-diam-an rakyat sarat dengan ikhtiar dan isti'anah (memohon pertolongan
Allah) tanpa gaya terus berlanjut. Tak peduli apa kata komen pihak ringan
mulut. Tak peduli mitos “sedikit bicara banyak kerja”. Intinya sadar diri
jangan sampai hingga menjadi manusia merugi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar