di mana bumi dipijak, di situ hukum diinjak
Jelasnya terkait kasus jinak-jinak buaya darat. Daya hidup seorang manusia menghadapi fakta dan kenyataan hidup menjadikan kreatif. Kemungkinan telan pil pahit akibat kalah bersaing kian bikin kebal diri terhadap gaya tipu-tipu. Percaya diri belum cukup. Jangan percaya bayangan sendiri karena selalu berubah. Peduli akan kondisi pihak lain, sedemikian rinci. Salah sedikit diolah plus bumbu goyang lidah menjadi berita banyak.
Di pihak hukum, semakin banyak produk hukum membuktikan hukum siap dengan kondisi tak terduga. Permainan hukum efek tindak lanjut untuk menghormati dan melaksanakan komitmen yang dibuat dalam suatu perjanjian internasional. Nasionalisme bertarif global plus tekanan ekonomi makro menentukan anggaran demokrasi. Proses legislasi harus pandai-pandai ikut arus kolosal global.
Standar baku mutu hukum domestik nusantara masih wajib mengkomodir kepentingan tirani etnisitas minoritas namun kekayaan mereka mendominasi jumlah. Selagi bahan bakar kendaraan politik tergantung nilai tukar kursi konstitusi, biaya politik menjadi liar. Ironis binti miris, sisi lain adab berpolitik punya bukti ringan. Justru kawanan politisi sipil tahu-tahu muncul di permukaan, di panggung politik.
Tutupan alinea ketiga mau bilang, maka justru juga ybs
merasa berpeluang besar terjerat OTT KPK. Kompromi politik trias politika
memarakkan, membiakkan skandal mégakorup, multikorup. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar