Halaman

Selasa, 29 Oktober 2019

wani kursi wedi mungkur


wani kursi wedi mungkur

Miirip pariwara nusantara, dipoles ulang menjadi “kelamaan duduk, lupa kentut”. Sigap hadapi alam ke-4, siap tidak siap. Ikut arus kuat. Pakai pola mayoritas, aklamasi. Atas petunjuk di atas presiden masih ada presiden.

Aktor non-aktor di luar skenario malah menjadi penentu jalannya revolusi mental. Pakai Plan-B yang sudah mudah ketebak. Orang bilang, jangan bilang siapa-siapa. Terjebak pasal ada tidak ada, tak mempengaruhi bilangan. Buka sebagai orang tak terbilang.

Irit berbilang, yang penting duduk manis sampai akhir tujuan, tujuan berakhir. Nilai rapor kebakaran, bisa pindah sekolah. Bangku sejenis sudah gonta-ganti murid. Siapa dulu yang merasa punya negara. Berkat keringat orang pelaut. Masuk mulai dari tengah, akhirnya menjadi negara agraris.

Pajak kursi berlaku merata se nusantara. Jaminan bagi peraih suara terbanyak, nomor jadi, akan dapat kursi yang berbayar, bak bagasi angkutan udara komersial. Bagi calon penumpang bernasib ‘sial’, minimal karena ada penjadwalan ulang – bukan penundaan – risiko ditanggung ybs.

Agar kursi tak jatuh, maka maskapai politik menyediakan asuransi bencana politik. Kendati selama perjalanan ybs berulah. Seolah tak pakai asas patuh, taat, loyal kebijakan partai. Bisa aman-aman saja. Kursi terusan menjadi jaminan mutu. Siapa takut. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar