Halaman

Sabtu, 12 Oktober 2019

ngak-ngik-ngok Islam nusantara, manipulasi sejarah vs harga diri buatan


ngak-ngik-ngok Islam nusantara, manipulasi sejarah vs harga diri buatan

Penulisan sejarah nasional, di bawah kendali penguasa pada eranya. Utamakan jasa. Kalau tak ada, cari yg mirip atau layak diduga bernilai jasa. Bukan pada besar atau banyaknya jasa. Akhirnya, ybs tidak bisa membedakan mana tangan kanan dengan tangan kiri sendiri. Reaksi alam dianggap wajar, lumrah, masuk akal.

Aklamsi, dominasi, mayoritas mendukung predikat "berjasa". Sedemikiannya menjadi standar revolusi adab bangsa dan negara. Tampilan harian dibuat seelok-eloknya, agar tampak elok, seksama, nyata apa adanya. Hidup bukan hafalan. Tak seindah khayalan. Lebih indah bualan.

Indeks kepercayaan bangsa belum dirilis secara resmi. Tak ada sangkut pautnya dengan praktik demokrasi nusantara. Ungkit rangakaian jasa sejak zaman nusantara, pra NKRI.  Menjadi merasa serba berjasa. Dagelan zamannya: “untung ada aku . . . “. Zaman Orde Lama, lagu barat, gaya kebarat-baratan disebut di awal judul. Di kota Yogyakarta ada semboyan: “beatle no, basiyo yes”.

Jadi, hidup ini penuh dagelan. Bukan bercanda. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar