ngak-ngik-ngok Islam nusantara, manipulasi sejarah
vs harga diri buatan
Penulisan sejarah nasional, di
bawah kendali penguasa pada eranya. Utamakan jasa. Kalau tak ada, cari yg mirip
atau layak diduga bernilai jasa. Bukan pada besar atau banyaknya jasa.
Akhirnya, ybs tidak bisa membedakan mana tangan kanan dengan tangan kiri
sendiri. Reaksi alam dianggap wajar, lumrah, masuk akal.
Aklamsi, dominasi, mayoritas
mendukung predikat "berjasa". Sedemikiannya menjadi standar revolusi
adab bangsa dan negara. Tampilan harian dibuat seelok-eloknya, agar tampak elok,
seksama, nyata apa adanya. Hidup bukan hafalan. Tak seindah khayalan. Lebih indah
bualan.
Indeks kepercayaan bangsa
belum dirilis secara resmi. Tak ada sangkut pautnya dengan praktik demokrasi
nusantara. Ungkit rangakaian jasa sejak zaman nusantara, pra NKRI. Menjadi merasa serba berjasa. Dagelan zamannya:
“untung ada aku . . . “. Zaman Orde Lama, lagu barat, gaya kebarat-baratan
disebut di awal judul. Di kota Yogyakarta ada semboyan: “beatle no, basiyo yes”.
Jadi, hidup ini penuh dagelan. Bukan bercanda. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar