Halaman

Selasa, 22 Oktober 2019

format ulang ekonomi nusantara, daya beli vs daya belanja


format ulang ekonomi nusantara, daya beli vs daya belanja

Pertama. Varian beras sampai kehabisan nama, akhirnya ada yang mengunakan nama wayang, Petruk. Butiran beras panjang bak hidung, juga tidak. Peruntukkan buat klas punakawan. Agak masuk akal. Di kompleks perumahan, di warung rokok tersedia dua jenis beras. Petruk 11,5 Rp per liter. Satunya lagi, lebih ekonomis 9.5 Rp per liter. Beras Petruk kalah banyak penggemarnya.

Kedua. Seorang remaja putri tampilan pulang kerja. Naik motor. Pukul 21-an. Mampir warung tegal di gerbang masuk kompleks. Sekedar beli nasi saja, lima ribu Rp. Soal lauk, tentu sudah sedia di tas. Atau masih punya stok lauk di rumahnya. Kasus lain, ada juga yang hanya beli lauk, sayur. Lauk tempe, tahu atau standar, satu porsi bungkus bisa di bawah 10 ribu Rp.

Ketiga. Tokos beras di jalan utama Jakarta ke kotaku. Dekat kampus SMK. Aneka jenis, warna, harga beras tersaji. Di drop pakai truk.  Memang niat jualan beras. Terlihat, ada yang dituang dalam kemasan 5 kg, dsb. Merk dagang menjadi andalan. Saat itu, datanglah seorang emak-emak. Pakai busana daster semi lusuh. Beli beras secukupnya, sesuai kebutuhan yaitu 1 (satu) liter.  Uang ungu serahannya masih ada kembalian beberapa lembar.

Beda dengan pihak yang mau minum air bergizi, pesan secara on-line.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar