format ulang ekonomi
nusantara, daya beli vs daya belanja
Pertama. Varian beras sampai kehabisan
nama, akhirnya ada yang mengunakan nama wayang, Petruk. Butiran beras panjang
bak hidung, juga tidak. Peruntukkan buat klas punakawan. Agak masuk akal. Di kompleks
perumahan, di warung rokok tersedia dua jenis beras. Petruk 11,5 Rp per liter. Satunya
lagi, lebih ekonomis 9.5 Rp per liter. Beras Petruk kalah banyak penggemarnya.
Kedua. Seorang remaja putri tampilan
pulang kerja. Naik motor. Pukul 21-an. Mampir warung tegal di gerbang masuk
kompleks. Sekedar beli nasi saja, lima ribu Rp. Soal lauk, tentu sudah sedia di
tas. Atau masih punya stok lauk di rumahnya. Kasus lain, ada juga yang hanya
beli lauk, sayur. Lauk tempe, tahu atau standar, satu porsi bungkus bisa di
bawah 10 ribu Rp.
Ketiga. Tokos beras di jalan utama
Jakarta ke kotaku. Dekat kampus SMK. Aneka jenis, warna, harga beras tersaji. Di
drop pakai truk. Memang niat jualan
beras. Terlihat, ada yang dituang dalam kemasan 5 kg, dsb. Merk dagang menjadi
andalan. Saat itu, datanglah seorang emak-emak. Pakai busana daster semi lusuh.
Beli beras secukupnya, sesuai kebutuhan yaitu 1 (satu) liter. Uang ungu serahannya masih ada kembalian
beberapa lembar.
Beda dengan pihak yang mau minum air
bergizi, pesan secara on-line. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar