#NKRI harga mati, satu barang satu harga
Mana ada
pedagang mau rugi. Apalagi pedagang kursi nusantara. Masih ingat berhala
reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa).
Kalkulasi
ekonomi-profit, pakai pasal semakin banyak permintaan, anomo berbanding lurus
dengan kenaikan harga. Contoh klasik, harga tiket pesawat terbang untuk
penumpang. Tiket untuk barang ada tarifnya. BBM, semen sudah bisa sama di semua
pelosok nusantara.
Lauk pauk
tradisional, dengan sebutan lokal tempe, tahu. Di semua warung makan, harga
sama. Beda ukuran, kemasan. Disajikan dalam
menu goreng, bacem, rebus. HET BBG sesuai jarak tempuh.
Jasa kirim
kabar liwat satelit, bukan tarif sosial. Hari sibuk, harga tiket peswat ikut
sibuk. Ongkos kirim “suara” tergantung jam kerja. Tak heran jika cinta itu
mahal di ongkos. Jika masih ada jauh - dekat ongkos sama.
Jasa pelayanan
perkara hukum tergantung pihak yang berperkara. Semua sudah ada aturan baku. Tinggal
pilih paket.
Lepas soal
harga, biaya, ongkos. Rumah makan Padang mempunyai filosofi, pemakan belum
pesan, menu sudah tersedia. Tidak pakai lama, tak perlu antri. Cukup main
tunjuk sesuai selera kantong. Antara makan di tempat dengan yang dibawa pulang,
harga sama. Beda banyaknya butiran nasi.
Pajak progresif,
balas jasa, balas budi periode kedua pakai tarif dinamis. Setiap waktu berubah
tanpa kompromi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar