Halaman

Rabu, 02 Oktober 2019

#NKRI harga mati, satu barang satu harga


#NKRI harga mati, satu barang satu harga

Mana ada pedagang mau rugi. Apalagi pedagang kursi nusantara. Masih ingat berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa).

Kalkulasi ekonomi-profit, pakai pasal semakin banyak permintaan, anomo berbanding lurus dengan kenaikan harga. Contoh klasik, harga tiket pesawat terbang untuk penumpang. Tiket untuk barang ada tarifnya. BBM, semen sudah bisa sama di semua pelosok nusantara.

Lauk pauk tradisional, dengan sebutan lokal tempe, tahu. Di semua warung makan, harga sama. Beda ukuran,  kemasan. Disajikan dalam menu goreng, bacem, rebus. HET BBG sesuai jarak tempuh.

Jasa kirim kabar liwat satelit, bukan tarif sosial. Hari sibuk, harga tiket peswat ikut sibuk. Ongkos kirim “suara” tergantung jam kerja. Tak heran jika cinta itu mahal di ongkos. Jika masih ada jauh - dekat ongkos sama.

Jasa pelayanan perkara hukum tergantung pihak yang berperkara. Semua sudah ada aturan baku. Tinggal pilih paket.

Lepas soal harga, biaya, ongkos. Rumah makan Padang mempunyai filosofi, pemakan belum pesan, menu sudah tersedia. Tidak pakai lama, tak perlu antri. Cukup main tunjuk sesuai selera kantong. Antara makan di tempat dengan yang dibawa pulang, harga sama. Beda banyaknya butiran nasi.

Pajak progresif, balas jasa, balas budi periode kedua pakai tarif dinamis. Setiap waktu berubah tanpa kompromi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar