Halaman

Selasa, 29 Oktober 2019

dari Wamena ke wamen


dari Wamena ke wamen

Beda artikulasi, maka tak ada benang merah antara lema ‘Wamena’ dengan lema ‘wamen’. Masalah ilmu bunyi utawa fonologi. Pakai ilmu politik, bisa nyambung. Persamaan tersamar, tinggal cari enak dan mantapnya saja. Masuk pasal yang tak beda jauh.

Substansial menjelaskan hukum sebab-akibat. Lebih masuk akal lagi, pakai skenario politik semi-global. Kotak suara tak terdistribuskan karena faktor X, namun ada hasil rekap. Ini politik bung. Pakai hukum rimba. Awak media bisa kalah jurus.

Di depan mata ibu kota negara, apa saja bisa terjadi. Terlebih di ibu kota negara. Kian jauh, pasal apa pun bisa ditempuh. BBM satu harga. Tarif prostitusi dalam jaringan berlaku lokal kawasan. Di luar radius pelayanan, ongkos kirim ditanggung pengguna jasa.

Harga barang impor, malah lebih terjangkau ketimbang barang antar pulau. Tol laut kian menjadikan HAM di pulau Papua bisa disubstitusi dengan pemerataan distribusi dan pemberian bagi-bagi kursi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar