idiotologi dan inferioritas kawanan loyalis penguasa
Bukan diangkat dari
kisah nyata. Tapi sudah menjadi rahasia umum. Legenda nusantara yang melegenda.
Kebetulan hanya bisa terjadi pada negara. Bukan pada lamanya sudah merdeka dari
penjajahan bangsa lain. Bukan karena presiden masih dalam hitungan jari kanan
plus jari kiri.
Faktor penentu justru
pada adab pemilih yang susah ditarik benang merahnya. Tapi masuk kuadran yang
sama. Saking berjubelnya, kuadran dimaksud berlapis. Sesuai warna politik
pemilih. Ketergantungan pada produk unggulan
teknologi informasi dan komunikasi.
Penyandang gelar
akademis yang lebih panjang daripada nama diri, sama saja. Apalagi satu
almamater dengan penguasa rezim politik. Tak ada batas umur atau rekam jejak
sebagai pemilih. Diyakini, pilihan bukan karena daya politik pemilih, apalagi
yang dipilih. Atas asas hitung jumlah benik.
Pasal akseptabilitas,
popularitas, elektabilitas, kapabilitas bisa disimak sekilas lintas. Nyaris tak
ada pengaruhnya. Biaya politik yang secara resmi susah dideteksi. Jika peraih
kursi yang mau tak mau wajib keluar biaya dalam hitungan Rp M. Demokrasi
nusantara memang mahal.
Saking tak terhitungnya
biaya politik, ongkos perkara praktik demokrasi, wajar jika nyawa rakyat tak ada
harganya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar