Hilangnya Kebaikan
Pertama, dikarenakan munculnya
kebaikan yang lebih atraktif, mudah dicerna, berlaku umum sekaligus mendongkrak
gengsi penggunanya. Bisa juga akibat kuatnya lawan kebaikan. Secara formal
menjadi menu harian berbangsa dan bernegara. Aklamasi, mayoritas, dominasi penggguna
menjadikan nilai kebaikan menjadi samar, semu, bias. Kebaikan menjadi pilihan. Kebaikan
substansial ini tak ada timbangan amalnya. Berbuat baik karena merasa untuk
mendapat kebaikan lain.
Kedua, dari segi periwayatan,
kebaikan (kata benda abstrak) dimaksud muncul sebagai efek kemajuan peradaban
di bidang teknologi. Akhirnya manusia dan atau orang, secara sadar dan
terencana, menjadi budak teknologi. Karena kebaikan atau manfaat dari produk teknologi
tidak mengakar pada iman, bertumpu pada keyakinan atau mampu melihat sejatinya.
Berbuat baik sekedar syarat administrasi. Kebaikan hanya sebatas pemanfaatan. Kebaikan
prosedural ini mampu menghilangkan kebaikan hakiki.
Jadi . . . . . [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar