Hidup Tergantung
Kenangan Masa Depan
Dikisahkan, bahwa manusia dan atau
orang dengan rentang usia produktif (15–64 tahun) akan lebih banyak ketimbang
usia non-produktif <15 tahun dan >64 tahun. Manusia dan atau orang
produktif menjadi “pemilik” bonus demografi nusantara hingga tahun 2035.
Babakan kisah menyebutkan pe-umur rentang 20–35 tahun, kuat-kuatnya makan. Guna mengimbangi energi saat pada puncak produktivitas, kreativitas, kinerja,
prestasi. Diyakini mereka dari golongan pelajar, mahasiswa, pegawai, pekerja, karyawan,
wiraswasta, usahawan maupun masyarakat umum.
Sadar pun belum tentu menyadari bahwasanya momok bonus demografi. Pasal yang
tak pernah usang, perlu disimak ulang.
Pertama. Akal oleh penguasaan, pemilik, pengguna, pemanfaat untuk menyimpan
data dan informasi. Menambah kapasitas daya ingat, memori, rekaman terkait IQ. Kian
cemerlang diimbangi dengan Q-Q yang lain. Bukti gelar akademis atau gelar
kehormatan.
Kedua. Réligiusitas seseorang yang menjadi sisi lain derajat keilmuan. Meyakini
setelah kehidupan sementara di dunia. Sejak dalam kandungan sudah diperkenalkan
dengan rintisan jalan kembali ke Sang Maha Pencipta. Langkah kaki sejalan
edaran waktu. Meraih masa depan yang akan menjadi hak kita.
Padahal. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar