Halaman

Minggu, 20 Oktober 2019

nusantara darurat bahasa media


nusantara darurat bahasa media

Bukan asumsi historis, juga bukan kesimpulan  pedagogis. Karena menjadi menu harian interaksi manusia dan atau orang pribumi  nusantara. Komunikasi dengan bahasa apa adanya, adanya apa. Tidak perlu praktik bahasa lokal, regional, nasional apalagi asing. Bahasa tubuh memperkuat jati diri.

Akhirnya, tanpa kesepakatan dan kebijakan pemerintah. Antara gaya bahasa pejabat dengan yang jauh, tak ada bedanya.  Komen pejabat nyaris mirip dengan umpatan anak jalanan. Ironis binti miris gaya penggayaan tampilan pejabat, pesohor – tak membedakan warna jenis kelamin – siapa tiru siapa.

Pada kenyataan, manusia dimaksud memang diperbudak ujung jari tangannya. Tangan gatal jika satu jam tidak mengetik ujaran tulis yang tidak ada di dunia fauna. Semakin otak terasah secara formal, dibuktikan dengan tulisan di media sosial, media maya. Ditambah dengan ilustrasi aktraktif.

Kentut pun bisa dibahasakan dengan benar, baik, bagus. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar