meruwat syahwat dan tensi politik nusantara
“Nenek moyangku orang pelaut . . .
“. Bagi penduduk di daratan, lebih suka meneruskan usaha keluarga. Garis anak
cucu trah tani membuatnya tekun dengan tanam padi ramai-ramai. Soal di sawah
sendiri tidak menjadi soal. Rerforma agrarian berbasisi revolusi mental. Petani
tanpa tanah, petani gurem akan
memperoleh sertifikat tanah garapan.
Regenerasi petani bukannya tak jalan. Cuma kalah laju dengan
alih fungsi tanah sawah menjadi lokasi tempat tinggal. Skala besar menjadi
fungsi komersial di tangan swasta, pemodal, pengusaha.
Kehidupan demokrasi Indonesia
ditandai dengan masih lemahnya kinerja lembaga demokrasi seperti partai
politik, lembaga legislatif, dan tingginya biaya politik. Kondisi ini
tergambar dalam capaian Indeks Demokrasi Indonesia/IDI (2009-2017) bahwa
beberapa variabel memiliki nilai konsisten rendah, yaitu: peran partai politik,
peran DPRD, peran pemerintah daerah, dan partisipasi politik dalam pengambilan
keputusan dan pengawasan. Peran DPRD untuk melakukan inisiatif penyusunan
Peraturan Daerah yang berpihak kepada kepentingan rakyat belum optimal. Di sisi
lain, pemerintah daerah secara umum dinilai belum cukup mampu untuk menjalankan
prinsip tata kelola pemerintahan yang efektif.
Peningkatan biaya politik menjadi fenomena yang
perlu diwaspadai. Kondisi ini berkaitan dengan transparansi dan akuntabilitas
partai politik. Tingginya biaya politik menuntut partai untuk
mendapatkan sumber pendanaan yang sering kali bersifat ilegal.
Saking sering disebut: “siapa
menguasai pekabaran, akan menguasai dunia”. Jauh tahun sebelum produk berbasis
TIK merasuk sampai anak di bawah umur.
Berapa pengguna Internet Indonesia
dan penetrasinya, selalu menjadi pertanyaan banyak pihak. Tidak mudah
menjawabnya, tapi Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
sebagai tempat berhimpun para operator sambungan internet dan telekomunikasi, berkewajiban
moral untuk bisa memberikan jawaban. Maka seperti tahun-tahun sebelumnya, APJII
menyelenggarakan riset penting untuk kemajuan peradaban bangsa. Dari hasil ini
akan menjadi acuan pembuat kebijakan, pelaku industri, pendidikan, dan
lain-lain.
Bekerjasama dengan Pusat Kajian
Komunikasi (PusKaKom) Universitas Indonesia (UI), kami melakukan riset untuk
menemukan jawaban pertumbuhan pengguna tahun 2014. Riset 2012 APJII bekerjasama
dengan Markplus, tahun 2013 dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Tensi perhatian
sebelumnya pada pengguna daerah urban, lalu untuk industri perhotelan,
restoran, dan olahan. Tahun 2014 ditekankan pada perilaku user dan e-commerce.
Perubahan tensi juga dipengaruhi
perubahan teknologi device, kemampuan prosesi, jenis konektivitas yang secara
langsung mempengaruhi hasil akhir dari riset . Semakin massive aplikasi,
perangkat keras (device), dan koneksi, dalam kaitannya dengan pengguna,
hasil riset tahun 2014 secara signifikan menunjukkan pengguna jejaring sosial
(sosial media) menduduki peringkat tertinggi yang dimanfaatkan, mengalahkan
pencarian informasi (browsing/searching) di posisi kedua. Posisi ke-3 chatting
(messaging), pencarian berita (ke-4), video (ke-5), email (ke-6).
Pencarian berita dan penggunaan email saat ini anjlok tak populer. (Kata
Pengantar Ketua Umum APJII, “Profil Pengguna Internet Indonesia 2014” Maret 2015).
Beda perkara, beda pasal. Simak “Analisis
Kinerja Kementerian Luar Negeri Indonesia (2015-2018)”, Oleh Fitriani dan Vido
Chandra Panduwinata, CSIS Working Paper Series WPSINT – 3/2018.
Penting untuk diingat, dalam proses
demokrasi, proses pengambilan kebijakan luar negeri tidak sepenuhnya dikuasai
Kemlu.
Komisi I DPR RI yang memiliki
lingkup di bidang luar negeri juga memiliki kuasa dalam menentukan arah
kebijakan luar negeri Indonesia. Tak hanya itu, era demokrasi yang semakin
terbuka juga memiliki pengaruh yang besar dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri.
Dengan hal ini, tekanan-tekanan publik akan suatu isu juga bisa menentukan
kebijakan luar negeri Indonesia.
Selanjutnya, dari sisi internasional, isu-isu
politik dunia yang terus berubah dari waktu ke waktu seperti perang dagang dan
isu-isu keamanan juga sangat mempengaruhi. Oleh karena itu, mempertahankan
kepentingan politik luar negeri Indonesia di tengah turun naiknya politik
domestik dan internasional adalah tantangan berat yang harus dihadapi
pemerintah khususnya Kemlu.
Secara keseluruhan, paling tidak ada
dua hal yang sangat mendasar dan terus menerus disinggung mengenai kebijakan
luar negeri yaitu politik luar negeri yang bebas aktif dan tekad dalam
memperkuat jati diri Indonesia sebagai negara maritim. Sedangkan Menlu Retno
Marsudi sendiri menekankan kebijakan luar yang mengedepankan kepentingan rakyat
dan juga harus bisa dirasakan langsung oleh rakyat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar