dikotomi orientasi
nusantara, orientasi hasil vs orientasi sistem
Bedanya. Timnas kesebelasan RI
direkrut dari pemain daerah, klub daerah. Sesuai kebutuhan laga kandang dan
atau laga tandang, maupun persyaratan lain. Misal ada U-19, dsb. Selama bola
masih bulat. Wajar jika ada aneka titipan kepentingan.
Hal-hal yang aneh – semisal
pengaturan skor, ulah penonton fanatik – PSSI tak ketinggalan jauh dengan
negara tetangga. Atau timnas negara maju. Tak malu berdiri sama tegak sesama
timnas. Soal sampai ke babak final. Itu pasal khusus. Yang ikut berlaga tidak
hanya pemain.
Formulasi ketahanan, kemandirian,
kedaulatan pangan nusantara sedemkian terukur, santai, luwes. Tujuan akhir atau
hasil nyata adalah jangan sampai kontinyuitas pengisian isi perut anak bangsa pribumi
terganggu. Jika terjadi pola makan, sehari makan sehari tidak. Ada yang tak
beres dengan kinerja alat cerna. Jangan salahkan ketersediaan aneka jenis
beras, warna beras dan peruntukannya.
Kios beras tersedia disepanjang
jalan lokal kawasan padat penduduk. Warung rokok di kawasan perumahan siaga
beras harga lokal.
Akhirnya, politik beras tergantung
pelaku pasar. Pedagang beras tak mau terpinggirkan, tak suka termarjinalkan
secara masif, perlahan, tiap tahun. Tak ada pihak yang layak dipersalahkan. Kebijakan
pemerintah tetap bijak. Hasil kompromi bukan konsumsi rakyat. Petani masih
tetap pana nasibnya sebagai petani. Dilarang merangkap jabatan.
Kapten timnas jabatan bergengsi. Bisa
beda honor dengan anggota, walau sesama pemain. Pencetak gol pasti akan dapat
bonus. Apalagi sampai menjadi juara umum macam di pesta demokrasi. Pemenang
utama akan menyabet semua kursi.
Jika suatu pemerintahan, periode pemerintah
beriorientasi pada orang maka akan berbanding terbalik dengan terabaikannya
orientasi pada sistem. Di NKRI, dasar negara, ideologi negara, nasional, Pancasila,
sebagai sistem.
Periode 2019-2024 apakah grafik
kepancasilaan penguasa dan atau masyarakat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar