lempar handuk sembunyi tangan vs obral kursi unjuk wajah
Bukan dari laporan pandangan mata. Jauh dari fakta
lapangan. Saking sering terjadi dan menjadi hak milik bukan rakyat. Liputas kawanan
media massa berbayar, sudah jenuh dan hafal berita. Disajikan dengan aneka format
kalimat. Hasilnya itu-itu saja. Tak mendongkrak jiwa apa pun. Semangkin dipoles,
semakin dekok.
Seabad NKRI, tahun 2045, nyaris 60% penduduk Indonesia <
30 tahun. Pas sedang kuat-kuatnya makan. Asumsi historis masa depan, Indonesia
akan mendapatkan bonus demografi gratis. Diharapkan, lebih banyak penduduk usia
produktif, berdedikasi, sigap tanding atau laga tandang dibanding generasi sebelumnya.
Bonus demografi macam ini bisa pratanda baik, namun bila tidak
dimanfaatkan akan menjadi bumerang. Apalagi, tidak dioplos dengan kesehatan, pendidikan,
moral bebangsa dan bernegara. Manusia nusantara dengan usia produktif menjadi benalu
politik, bukan aset.
Peningkatan kualitas
hidup masyarakat Indonesia dapat dimulai dari unit terkecil yaitu keluarga.
Pembekalan tentang manajemen rumah tangga seharusnya tidak hanya berkisar isu
sosial psikologis namun hendaknya juga mulai menyentuh aspek keuangan. Dalam
skala makro, kompetensi akuntansi rumah tangga bagi wanita dapat membantu pemerintah
dalam mencegah kemiskinan, mendorong partisipasi rumah tangga pada produk
investasi pemerintah, perbaikan kualitas konsumsi masyarakat dan persiapan
generasi masa depan yang melek literasi keuangan. (dari sumber resmi).
Kalau dihitung mundur,
wajar terjadi seperti judul. Nasib anak bangsa pribumi dengan aneka gelar
akademis >30 tahun. Sisanya, silahkan mundur. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar