Halaman

Selasa, 01 Oktober 2019

lempar handuk sembunyi tangan vs obral kursi unjuk wajah


lempar handuk sembunyi tangan vs obral kursi unjuk wajah

Bukan dari laporan pandangan mata. Jauh dari fakta lapangan. Saking sering terjadi dan menjadi hak milik bukan rakyat. Liputas kawanan media massa berbayar, sudah jenuh dan hafal berita. Disajikan dengan aneka format kalimat. Hasilnya itu-itu saja. Tak mendongkrak jiwa apa pun. Semangkin dipoles, semakin dekok.

Seabad NKRI, tahun 2045, nyaris 60% penduduk Indonesia < 30 tahun. Pas sedang kuat-kuatnya makan. Asumsi historis masa depan, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi gratis. Diharapkan, lebih banyak penduduk usia produktif, berdedikasi, sigap tanding atau laga tandang dibanding generasi sebelumnya.

Bonus demografi macam ini bisa pratanda baik, namun bila tidak dimanfaatkan akan menjadi bumerang. Apalagi, tidak dioplos dengan kesehatan, pendidikan, moral bebangsa dan bernegara. Manusia nusantara dengan usia produktif menjadi benalu politik,  bukan aset.

Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia dapat dimulai dari unit terkecil yaitu keluarga. Pembekalan tentang manajemen rumah tangga seharusnya tidak hanya berkisar isu sosial psikologis namun hendaknya juga mulai menyentuh aspek keuangan. Dalam skala makro, kompetensi akuntansi rumah tangga bagi wanita dapat membantu pemerintah dalam mencegah kemiskinan, mendorong partisipasi rumah tangga pada produk investasi pemerintah, perbaikan kualitas konsumsi masyarakat dan persiapan generasi masa depan yang melek literasi keuangan. (dari sumber resmi).

Kalau dihitung mundur, wajar terjadi seperti judul. Nasib anak bangsa pribumi dengan aneka gelar akademis >30 tahun. Sisanya, silahkan mundur. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar