simak ulang kredo
"kembo" wong Jawa nusantara
Kemanapun orang atau wong Jawa
bermukim. Bahkan sampai ke negeri orang. Tetap membawa adat istiadat, tata
krama, norma kehidupan bermasyarakat. Tak jarang, umat Islam sholatnya tetap ngadep kulon.
Sudah suratan sejarah nusantara. Kendati
sudah bergelar akademis melebih panjang nama diri. Watak gawan bayen tetap membara. Lidah merasakan asam
garam impor, tetap sebegitunya. Mata dan kulit merekam cuaca 4 musim, tetap
seperti apa adanya. Adanya apa.
Didera kehidupan berpolitik serba
rupa, aneka wacana. Asas tepo sliro menanjak menjadi ingsun téga.
Jadi, bermula dari kata kunci ingsun téga menjadi
modal berjangkitnya filosofil, filsafat, falsafah atau formulasi kredo “kembo”.
Semangkin bernas jika pemirsa punya daya dong terhadap ombo jangkahé vs dhowo cangkemé. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar