putut hisam koreb turu gnakut
Kendati di pinggir jalan kota. Warung
atau usaha kecil menengah, akhirnya terpinggirkan oleh usaha ekonomi bukan klas
rakyat. Menjadi gerai atau sebutan lainnya. Ruko plus pusat kuliner. Kumpul generasi
melek sandal. Toko bahan bangunan awet berniaga. Pemiliknya jelas bukan pribumi
asli.
Masih ada dua bangunan atau kios
yang bertahan. Tepatnya, satu bangunan, bagian depan menjadi dua tempat usaha. Jual
obat tradisional plus jasa urut berok dan gorengan. Dekat kampus sekolah
menengah, usaha tetap hidup.
07:11 am saya niatkan ke tukang
urut. Sedikit servis ringan anggota tubuh akibat, dampak asma kambuh. Musim panas
dan kering, masuk kategori sulit air. Tambahan
sibuk angkut air dari jogangan. Batuk tak mau kompromi. Saat berjamaah di
masjid, ikut sumbang suara. Flu aktif berperan serta.
Memang belum pernah ke lokasi
dimaksud. Kalau liwat, liwat saja. Jelang simpang empar padat lalu lintas. Ternyata
dua usaha keluarga masih tutup. Tak ada jam bicara.
Usai sholay dzuhur di rumah. Pukul 12:06
kuniatkan kembali untuk menuju ke tempat tadi. Tak ada firasat atau curiga
jangan-jangan libur. Atau tukang urut sibuk penuhi panggilan. Ada niat, samping
yaitu beli santap siang. Dari jauh tampak ada kerumunan di depan tujuan. Berseragam.
Kian dekat. Hanya pihak yang jual gorengan sibuk. Lokasi sasaran masih aman
tanpa sibuk. Tutup.
Balik mampir tukang jual ga-lon. Gado-gado
lontong. Bangku penuh bukan pembeli atau pemakan. Akhirnya sms ke garwo sesuai
judul. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar