Halaman

Senin, 21 Oktober 2019

putut hisam koreb turu gnakut


putut hisam koreb turu gnakut

Kendati di pinggir jalan kota. Warung atau usaha kecil menengah, akhirnya terpinggirkan oleh usaha ekonomi bukan klas rakyat. Menjadi gerai atau sebutan lainnya. Ruko plus pusat kuliner. Kumpul generasi melek sandal. Toko bahan bangunan awet berniaga. Pemiliknya jelas bukan pribumi asli.

Masih ada dua bangunan atau kios yang bertahan. Tepatnya, satu bangunan, bagian depan menjadi dua tempat usaha. Jual obat tradisional plus jasa urut berok dan gorengan. Dekat kampus sekolah menengah, usaha tetap hidup.

07:11 am saya niatkan ke tukang urut. Sedikit servis ringan anggota tubuh akibat, dampak asma kambuh. Musim panas dan kering, masuk kategori sulit air.  Tambahan sibuk angkut air dari jogangan. Batuk tak mau kompromi. Saat berjamaah di masjid, ikut sumbang suara. Flu aktif berperan serta.

Memang belum pernah ke lokasi dimaksud. Kalau liwat, liwat saja. Jelang simpang empar padat lalu lintas. Ternyata dua usaha keluarga masih tutup. Tak ada jam bicara.

Usai sholay dzuhur di rumah. Pukul 12:06 kuniatkan kembali untuk menuju ke tempat tadi. Tak ada firasat atau curiga jangan-jangan libur. Atau tukang urut sibuk penuhi panggilan. Ada niat, samping yaitu beli santap siang. Dari jauh tampak ada kerumunan di depan tujuan. Berseragam. Kian dekat. Hanya pihak yang jual gorengan sibuk. Lokasi sasaran masih aman tanpa sibuk. Tutup.

Balik mampir tukang jual ga-lon. Gado-gado lontong. Bangku penuh bukan pembeli atau pemakan. Akhirnya sms ke garwo sesuai judul.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar