HAM Islam nusantara, baik saja belum cukup
HAM menjabarkan, mengketengahkan,
mengutarakan sampai seyogyanya sebagai bangsa timur. Khusus tentang tata cara
menyibukkan hati plus tanpa rasa lelah raga. Demi kuasa dunia, tak kenal nasib
rakyat, kawula alit.
Pasal dimaksud ada
penilaian. Mulai dari A = apik, B = baik, C = cukup. Dst sesuai abjad. Moral bangsa
yang menjadi andalan nusantara. Dirumuskan sesuai nilai jual lokal. Dipakai sebagai
patokan oleh pengurus RT / RW atau kualifikasi sejenis.
Lupakan ajaran agama
bumi. Mirip kisah pewayangan. Istana Betara Guru di kayangan. Bagi penganut
agama wayang, jika tinggal bumi akan langsung inap di surga. Tidak pakai pasal
kiamat, hari akhir, hisab atau pengadilan.
Makanya, pihak yang ahli
main pasal hukum buatan manusia, menjadi duta politik. Manusia politik
dijadikan model persatuan kesatuan, keutuhan nusantara. Interaksi sosial, serba
saling antar anak bangsa pribumi dalam ikatan bebas.
Ilmu pewayangan menjadi
andalan berbangsa, bernegara. Bagi pihak yang menemukan tanah tak bertuan,
berhak mendirikan sebuah partai politik. Pakai asas tebang pilih untuk mulai
bangun ibukota kerajaan. Modus karhutla belum dikenal atau tak ada di buku
pedoman kerja relawan raja. Paket “Anoman Obong” dan “Sinta Obong” sekedar
wacana publik.
Budi pekerti para punggawa,
kawula pedepokan, abdi penguasa, aparatur kawal nusa sudah dipatenkan. Rasa setya
sedemikian terukur. Tak perlu mikir jauh-jauh, apalagi mikir yang
tinggi-tinggi. Pelaksana tetap pelaksana.
Hubungan antar manusia, dikatakan
wajar tanpa syarat, jika ahli menista diri. Sebagai peolok-olok politik
diutamakan. Isi beda denga judul. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar