pada hari (ketika) bumi diganti
dengan bumi yang lain
Bukan pada kapannya. Babakan, rangkaian percaya secara
hakikat, substansial akan adanya hari akhir dan kehidupan non-dunia tanpa
akhir. Akankah hamba-Nya berpeluang, berkesempatan kembali hidup di bumi kedua.
Sigap generasi alam ke-4 nusantara. Rekam jejak sarat dengan fungsi amal. Bagaimana
posisi kita saat kejadian perkara berlangsung. Cari tiket terusan dengan tiga
perkara. Timbangan amal, argo amal yang akan tetap bertambah, melaju kendati
ybs sudah wafat. Sudah meninggal(kan) dunia.
Memahami judul di atas. Kaitkan dengan ayat atau surat
yang lain, tentang bumi atau hari akhir. Simak sunah, hadist Rasululah saw.
Perkaya dengan pendapat ulama sampai hasil kajian akademis. Penciptaan bumi
oleh-Nya memerlukan masa. Demikian halnya sebaliknya, proses kiamat. Akal
manusia sebatas pemikiran atau bahasa manusia, bahwasanya surga seluas langit
ditambah seluas bumi. Surga dalam bentuk hamparan, bulat atau berlapis-lapis. Alam
akhirat juga mempunyai langit dan bumi tersendiri.
Judul di atas, cuplikan dari [QS Ibrahim (14) : 48]: “(Yaitu) pada hari
(ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan
meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang
Maha Esa lagi Maha Perkasa.”
Pakai bahasa awam, manfaat sebagai pintu masuk untuk kaji
lebih kuak. Sebagai kalimat kunci untuk pemahaman penambah iman. Karena pada
sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri. Aneka kejadian yang akan kita alami di dunia, di muka bumi
sedemikan rincinya. Tertulis, tersurat, tertera pada kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).
Pemirsa
yang budiman
Apakah ada kemungkinan, manusia diberi peluang untuk
pindah tempat ke bumi kedua. Mulai dari nol. Atau tahu-tahu – bak kisah lorong
waktu – berada di tempat yang mirip. Bagi yang sudah panjang umur. Menemukan dirinya
masih belia. Muncul di waktu ketika itu sedang ‘bingung waktu’.
Saat itu muncul rasa sesal yang nyaris tanpa guna. Di mata
Allah, rasa sesal dimaksud sebagai rasa salah diri tanpa sadar. Khilaf diri. Swa-insaf.
Terus mau apa, bingung. Rasanya mau segera kembali kepada-nya.
Rangkaian kesadaran terus bergejolak sampai kondisi
pasrah. Mengembalikan segala masalah kepada-Nya. Waktu diri terjaga, tersadar. Seperti
mimpi masuk dunia lain. Muncul di tempat kedudukan ketika .rasa masygul, gundah
gulana memuncak. Bersyukur. Saat tengok kanan kiri ternyata sedang bersila di
rumah-Nya. Menyatu dengan sesama hamba Allah yang ahli surga.
Jadi, kita siagakan diri. Sigap penuhi panggilan-Nya
setiap saat. Sembarang tempat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar