Halaman

Rabu, 16 Oktober 2019

pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain


pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain

Bukan pada kapannya. Babakan, rangkaian percaya secara hakikat, substansial akan adanya hari akhir dan kehidupan non-dunia tanpa akhir. Akankah hamba-Nya berpeluang, berkesempatan kembali hidup di bumi kedua. Sigap generasi alam ke-4 nusantara. Rekam jejak sarat dengan fungsi amal. Bagaimana posisi kita saat kejadian perkara berlangsung. Cari tiket terusan dengan tiga perkara. Timbangan amal, argo amal yang akan tetap bertambah, melaju kendati ybs sudah wafat. Sudah meninggal(kan) dunia.

Memahami judul di atas. Kaitkan dengan ayat atau surat yang lain, tentang bumi atau hari akhir. Simak sunah, hadist Rasululah saw. Perkaya dengan pendapat ulama sampai hasil kajian akademis. Penciptaan bumi oleh-Nya memerlukan masa. Demikian halnya sebaliknya, proses kiamat. Akal manusia sebatas pemikiran atau bahasa manusia, bahwasanya surga seluas langit ditambah seluas bumi. Surga dalam bentuk hamparan, bulat atau berlapis-lapis. Alam akhirat juga mempunyai langit dan bumi tersendiri.

Judul di atas, cuplikan dari [QS Ibrahim (14) : 48]:  “(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

Pakai bahasa awam, manfaat sebagai pintu masuk untuk kaji lebih kuak. Sebagai kalimat kunci untuk pemahaman penambah iman. Karena pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Aneka kejadian yang akan kita alami di dunia, di muka bumi sedemikan rincinya. Tertulis, tersurat, tertera pada kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).

Pemirsa yang budiman

Apakah ada kemungkinan, manusia diberi peluang untuk pindah tempat ke bumi kedua. Mulai dari nol. Atau tahu-tahu – bak kisah lorong waktu – berada di tempat yang mirip. Bagi yang sudah panjang umur. Menemukan dirinya masih belia. Muncul di waktu ketika itu sedang ‘bingung waktu’.

Saat itu muncul rasa sesal yang nyaris tanpa guna. Di mata Allah, rasa sesal dimaksud sebagai rasa salah diri tanpa sadar. Khilaf diri. Swa-insaf. Terus mau apa, bingung. Rasanya mau segera kembali kepada-nya.

Rangkaian kesadaran terus bergejolak sampai kondisi pasrah. Mengembalikan segala masalah kepada-Nya. Waktu diri terjaga, tersadar. Seperti mimpi masuk dunia lain. Muncul di tempat kedudukan ketika .rasa masygul, gundah gulana memuncak. Bersyukur. Saat tengok kanan kiri ternyata sedang bersila di rumah-Nya. Menyatu dengan sesama hamba Allah yang ahli surga.

Jadi, kita siagakan diri. Sigap penuhi panggilan-Nya setiap saat. Sembarang tempat. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar