Halaman

Rabu, 23 Oktober 2019

Lintah Dalam Daging Tubuh NKRI


Lintah Dalam Daging Tubuh NKRI

Mulanya tidak berawal dari kajian pendahuluan, pengantar wacana. Pakai asas praduga berbasis benang merah sejarah nusantara. Pasca bergulirnya reformasi mulai dari puncak, 21 Mei 1998. Hadirlah berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa). Urutan bersifat dinamis.

Maksud jelasnya, memasuki 21 tahun reformasi, secara sadar Indonesia sudah mencetak 5 (lima) presiden. Versi aksi aktual, faktual, legal yang mewarnai sejarah kesadaran berbangsa dan bernegara, mampu membuat negara maju terkesima.

Wajar, karakter negara berkembang, banyak kejadian yang berkembang. Anak bangsa pribumi nusantara hanya fokus pada perpolitikan. Efektivitas negara multipartai menyebabkan persatuan, kesatuan dan keutuhan Indonesia tergadaikan.

Wacana lawas, lagu lama bahwasanya pihak yang mampu menguasai nusantara. Antara legenda dan agenda.

Setiap presiden, mau tak mau, harus ikut kutub global yang dominan. Begitulah watak bangsa bermental bebal. Kendati sudah terbiasa, langganan terperosok ke lubang yang sama. Tak ada kapoknya. Muka kebal dengan pola kebakaran jenggot. Selamatkan muka sendiri.

Pihak yang akan menjadi duri dalam daging, batu sandungan, kuda hitam, musuh dalam lipatan atau benalu politik bukanlah kekuatan formal. Organisasi tanpa bentuk berbasis atau perpanjangan tangan manusia ekonomi. Rekam jejak penguasaan teritorial, riwayat jam terbang mengelola jejaring komando yang sigap 24 jam, wawasan nusantara yang selalu terbarukan.

Supremasi politisi sipil tinggal kenangan. Idealisme atau ideologisme terasa hambar. Antar manusia politik lebih mempertimbangan perolehan kursi. Akankah kita hanya menunggu duduk manis, terbuai jagoannya menang laga kandang. Dalam hitungan satuan waktu terkecil, sertifikat nusantara sudah siap ganti nama. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar