Halaman

Kamis, 31 Oktober 2019

berhala reformasi 3K vs trio tirani minoritas


berhala reformasi 3K vs trio tirani minoritas

Potensi sumber daya kebudayaan Indonesia sangat besar setidaknya terdapat 1.519 adat istiadat dan tradisi, 2.010 kemahiran dan kerajinan tradisional, 785 pengetahuan lokal, 1.370 seni pertunjukan, 1.554 tradisi dan ekspresi lisan, dan 998 cagar budaya (Statistik Kebudayaan, 2017).

Selain itu, upaya penguatan kualitas pembelajaran dan pengajaran diharapkan dapat menumbuhkan kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) peserta didik, yang akan menghasilkan lulusan yang berkualitas, berdaya saing dan berperan penting sebagai pelaku utama pembangunan nasional dan daerah (RPJMN IV 2020-2024).

Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN 2005-2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan nasional periode terakhir. Keempat pilar tersebut:
1.        Kelembagaan politik dan hukum yang mantap
2.        Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat
3.        Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh
4.        Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga

Saat itulah beban penduduk usia produktif semakin bertambah. Ketika penduduk usia lanjut menua sebelum kondisi kaya, maka pemuda menjadi bagian dari sandwich generation. Pemuda menjadi bagian dari generasi yang harus menanggung beban ganda, di bawah mereka harus membiayai anak-anaknya sendiri, namun di atas juga harus menanggung biaya orang tuanya yang tidak lagi punya penghasilan. Tentunya posisi tersebut semakin menempatkan pemuda sebagai posisi yang penting (Statistik Pemuda Indonesia, BPS 2017)
.
Efek domino reformasi yang bergulir dari puncaknya 21 Mei 1998. Kran demokrasi terbuka. Manusia sipil dan atau manusia militer bak kuda liar lepas dari pingitan Orde Baru. Adu nyali mendirikan partai politik agar bisa ikut pemilu 1999.

Energi bangsa terserap oleh perilaku manusia politik dengan segala ambisi, pamrih, hajat, selera merasa bisa mengatur, mengurus, mengendalikan negara. Asal diberi kuasa. Tak berah antri. Manusia ekonom atau pengusaha, pemodal multinasional langsung mendirikan bentukan partai politik.

Karena partai politik bonek atau perpanjangan tangan, ternyata ujung-ujungnya doyan kursi banget. Di negeri sendiri, suara pemilih pejawat presiden di bawah standar rata-rata nasional (<20%).

Walhasil, pasar politik dalam negeri memang tak lepas dari skenario investor politik. Utamanya dari negara paling bersahabat. Memang Indonesia merasa nyaman diayomi oleh negara yang lebih besar lagi. Populasinya lebih banyak atau bahkan berlipat.

Nusantara masih akrab dengan fenomena bahwa kekayaan ekonomi dan kekuasaan politik terkonsentrasi di tangan beberapa orang. Semangkin runyam, ditambah fakta kekuatan panglima di tangan pemegang kekuasan yang tertinggi. Pengayom masyarakat sibuk main anggaran.

Katanya, bahwa negara yang konfigurasi politiknya demokratis, maka produk hukumnya berkarakter akomodatif, dinamis, preventif. Jangan sampai pelaku politik – bahkan setingkat petugas partai – nantinya akan terjebak oleh pasal hukum produk periodenya.

Biaya politik sebagai bukti nyata bahwa jaminan atau timbal-balik menjadi yang pertama, utama dan segala-galanya. Mendukung penguasa, apalagi yang mau lanjut ke periode terakhir, ibarat menaruh uang muka. Kalkulasi politik tak bisa mengabaikan dalil manusia ekonomi. Judi politik menjadi taruhan politik yang mempertaruhkan, mengorbankan masa depan bangsa demi kekuasaan semu.

Bahasa perencana. Menjaga keberlajnjutan. keberlanjutan adalah memastikan bahwa upaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri pada saatnya nanti (RPJMN IV 2020-2024).

Beda dengan menyiapkan generasi masa depan dengan harga sekarang.

Jadi, selama dunia masih ber-rotasi. Kita tak bisa hidup sendiri dan sendirian. Namun jangan ikut terhanyut dan terbawa arus dunia. Kalah pongah dengan rayuan sejumput rumput tetangga yang tampak  lebih ranum. Jangan karena garing di luar negeri, lantas garang di dalam negeri sendiri. Wallahu a’lam bisshawab. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar