musuh revolusi vs musuh rakyat
Narasi
RPJMN 2020-2024, revisi 14 Agustus 2019. Indonesia sebagai negara adikuasa di
bidang kebudayaan memiliki kekayaan kebudayaan yang melimpah. Kekayaan
kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk memperkuat
karakter dan memperteguh jati diri bangsa, meningkatkan kesejahteraan rakyat,
dan mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia.
Selain
itu melalui gerakan revolusi mental, nilai budaya dan kearifan lokal dapat
memperkuat kohesi sosial, kerukunan, toleransi, gotong royong, dan kerja sama
antarwarga sebagai syarat utama bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Penguatan
sistem logistik akan difokuskan pada peningkatan efisiensi distribusi nasional
untuk kelancaran arus barang dan jasa antarwilayah. Pelaksanaannya akan
dilengkapi dengan peningkatan kualitas pasar rakyat melalui penerapan SNI pasar
dan pemanfaatan teknologi digital.
Pembangunan
dan pembudayaan sistem ekonomi kerakyatan berlandaskan Pancasila, mencakup: (a)
revitalisasi spirit koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia; (b)
peningkatan etos kerja dan kewirausahaan berlandaskan semangat gotong royong;
dan (c) penumbuhan budaya konsumen cerdas dan cinta produk dalam negeri.
Pembangunan
Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan (Polhukhankam) Indonesia 2020-2024
diarahkan menuju kelembagaan politik dan hukum yang mapan. Kondisi tersebut
ditandai dengan terwujudnya konsolidasi demokrasi; terwujudnya supremasi hukum,
penegakan hak asasi manusia dan birokrasi profesional; terciptanya rasa aman
dan damai bagi seluruh rakyat; serta terjaganya keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan negara dari berbagai ancaman, baik
dari dalam maupun luar negeri. Kondisi tersebut merupakan “kondisi perlu” untuk
mendukung terlaksananya pembangunan bidang lainnya.
Dalam menghadirkan “kondisi perlu”, Pembangunan
Polhukhankam memperhatikan perkembangan yang terjadi di dalam dan luar negeri.
Beberapa isu domestik yang perlu diwaspadai adalah
intoleransi, demokrasi prosedural, kesenjangan reformasi birokrasi, perilaku
koruptif, dan potensi ancaman yang mengganggu keamanan dan kedaulatan negara.
Di tingkat global, isu yang perlu menjadi perhatian adalah pergeseran gravitasi politik internasional, pergeseran
arena pertarungan negara besar ke seascape, deglobalisasi dan populisme yang
menyebabkan kebijakan unilateral beberapa negara, instabilitas di kawasan Timur
Tengah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar