Halaman

Jumat, 25 Oktober 2019

laga kolosal antar geng bintang, politisi sipil tiarap di tengah


laga kolosal antar geng bintang, politisi sipil tiarap di tengah

Andai ada penggalan sejarah yang lebih akurat ketimbang judul. Pelaku aktif sejarah atau minimal saksi sejarah, diam-diam menyimak. Atau iseng katanya. Berita berlatar belakang maupun berhalaman depan budi pekerti manusia politik. Di kemas, di format, di setting pakai rumus apapun, kian masuk kategori hiburan di akhir malam. Sepi senyap. Malah TV menonton pemirsa yang lelap gemulai.

Jalan tol antar periode, bebas hambatan, berbayar non-tunai menyiapkan jalur buat yang punya nyali di atas rata-rata BPS. Kendaraan politik varian Orde Baru, bisa dilibas bebas di jalur, lajur lurus. Apalagi di tikungan maut. Tidak pakai pasal nomor ganjil-genap.

Plat merah, plat hitam, plat kuning maupun nomor serdadu atau bayangkara, pakai dalil siapa cepat silahkan cepat. Mobil pacu listrik pakai tenaga surya atau tenaga kuda boros biaya politik. Tak perlu terdaftar di Kemenkum dan HAM. Uji kir, uji bebas emisi, laik kebut, bukan zamannya.

Catatan ringan sejarah. Karakteristik kendaraan politik antar pesaing, cuma beda nasib. Siapa di balik kemudilah yang akan menentukan. Sopir konvensional, SIM Umum, penguasaan teritorial minim. Mengandalkan jam terbang ahli “duduk manis di belakang meja”. Gagah saat start. Di antar penggemar, loyalis satu kampung.

Jelas, meraka kalah segala urusan dengan gaya model rambut cepak. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar