Halaman

Rabu, 06 Januari 2021

waktu tanpa batas waktu

waktu tanpa batas waktu

Manusia selaku makhluk bumi. Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi, Allah swt  Berkehendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Keterikatan dengan bumi termasuk ikut hukum bumi dan aturan waktu bumi. Kolaborasi bumi dengan matahari dan bulan,

 Sibuk urusan dunia, kebanyakan manusia terjebak tahu-tahu waktu sudah lewat sia-sia. Waktu berganti sedemikian cepat sedangkan ybs masih sebegitunya. Kehabisan sisa waktu berharga. Bahkan waktu luang terbuang percuma tiada guna.

 Pihak lain, dengan alat kelengkapan akal dan seperangkat kapasitas akal sehat. Berusaha mencari waktu di luar waktu bumi. Menyadap masa depan. Mengkorek informasi adab manusia zaman seabad pasca merdeka. Ditarik mundur menjadi formula kehidupan selaku penguasa dunia.

 Semua serba mungkin sesuai kadar kemampuan, kesanggupan manusia. Lebih daripada itu, simak (QS Ar Rahmaan [55]  : 33):

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”

 ‘Kekuatan’ dimaksud dalam arti luas. Termasuk kekuatan untuk melipatgandakan kekuatan plus menumbuhkembangkan kekuatan lain, yang tidak tampak dan atau mulai dari nol. Secara awam, alami, dasar keimanan, frasa “menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi” mengacu peristiwa Isra' dan Mi'raj Rasulullah s.a.w.

 Ritme kehidupan memaksa akal sehat bekontribusi melebihi batas jam bicara. Kerja santai justru menyedot cadangan kalori, boros energi. Aktivitas di waktu luang, waktu senggang justru menambah derita otak. Bukan karena otak kian sering dipakai, akan kian mencerdaskan.

 Kita mau hidup lama di dunia, masa ujian juga akan semakin lama. Mau hidup enak di dunia, ujiannya semakin tidak mengenakkan. Ternyata masih banyak pasal yang menjelaskan rasa sabar. Manusia dituntut untuk kemanfaatan dirinya sendiri, agar tetap taat sabar. Sabar  saat mentaati kesabaran.

 Umat Islam yang mengacu demi waktu, sesuai firman-Nya. Lebih cenderung mencerna waktu adalah peluang, kesempatan. Tak akan berulang datang lagi. Waktu tak perlu dikejar. Tak perlu terbutu-buru. Padahal karakter manusia adalah sifat tergesa-gesa. Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar