balas dengan lemah lembut bukan debu
Praktikkan politik nusantara bersifat individual, peroknuman. Diangkat dari kisah sukses nikmat pantat selagi kuasa. Semangkin menambah beban hidup kehidupan rakyat ketika pelaku politik balas dendam vs balas jasa, tanpa keringat sendiri duduk manis nangkring nongkrong. Dinasti politik alias trah silsilah politik abangan agawe bubrah negoro.
Efektivitas, kemanfaatan multipartai membuat banyak pilihan, banyak kursi konstitusi bertarif global. Biaya politik tidak identik tingkat sejahtera negara berkesejahteran. Daya belanja penduduk bukan jaminan hidup layak. Makan gengsi menjadi menu harian berkecukupan. Reputasi, prestasi, kinerja bebas pingitan politik Orde Baru mampu menghadirkan bencana politik secara tersamar.
Struktur dan strata hukum nusantara membuktikan bentukan strategi kerketahanan berkeamanan penguasa sampai tidak punya gigi. Bumerang politik selalu terjadi kapan saja. Politik mampu membolak-balikkan sejarah. Hidup membuat bukti masa depan vs hukum mencari bukti masa lalu.
Strategi masa depan dirumuskan secara politis. Namun apa daya, kiranya mengingat rumusan sukses politik yang dicita-citakan sejak dalam kandungan. Maka pihak serakah bumi tidak mau berkata bahwa telah mengkuasai, memiliki, meggunakan, memanfaatkan jabatan politik. Semua raihan, panen nikmat dunia sebagai imbalan atas kinerja duduk manis tanpa keringat diri. Serap tetesan darah rakyat tanpa akhir. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar