Halaman

Rabu, 13 Januari 2021

menang disumpah vs kalah disumpahi

 menang disumpah vs kalah disumpahi

 Kompetisi kehidupan bermasyarakat terlaksana 24 jam berkat sadar tragedi politik masa depan. Kendati badan PBB yang menangani HAM, sulit menemukan jejak sejarah, bukti otentik, napak tilas lokasi kenegaraan berpancasila. Trah silsilah atau unjuk rujukan “trah komedian politik tak berketurunan, tapi”. Ternyata laku amal amalan politik lokal berpancasila terhadap kebutuhan nusantara hanya sebatas pemanasan.

 Partai politik kawakan, bangkotan, karatan kesulitan merobohkan kekokohan persatuan kesatuan nusantara. Apalagi berambisi bangun negara mulai dari nol. Tanpa utang global jaminan masa depan generasi tanpa harapan. Politik balik adab nusantara masuk tahap karena nila sebelanga, rusak binasa generasi satu bangsa. Parpol pro-wong cilik merasa diuntungkan. Terjadi seleksi alam. Pihak yang tak mau, tak sudi kompromi dengan lingkungan strategis eksternal. Akan musnah dilibas revolusi merah sampai ke cindil abangnya.

 Berlakulah ungkapan bebas dan berlaku kapan-kapan saja, “hukum untuk generasi pewaris masa depan, politik buat generasi pewaris masa lalu”. Semakin didetail hingga masuk tatanan struktur pemerintahan terbawah, bukti kian kuat. Berkat taat asas HAM, siapa yang menjadi apa, tidak dapat diganggu gugat. Kita mengenal ungkapan lawas “The King can do no wrong” atau dinusantarakan berubah makna menjadi “Presiden tidak dapat diganggu gugat”.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar