Halaman

Sabtu, 16 Januari 2021

penguasa bermanusia nusantara temukan serum adab bernegara

 penguasa bermanusia nusantara temukan serum adab bernegara

Bermula, berawal dari peribahasamenebas buluh serumpun”, maksudnya merusak nama seluruh keluarga. Bergeser ke samping depan, simak peribahasa “seikat bagai sirih, serumpun bagai serai”. Makna diharp adalah seia sekata; rukun; sehina semalu; bersama-sama menanggung untung dan rugi atau senang dan derita. Sejalan dengan “seliang bagai tebu, serumpun bagai serai”.

 Bahwa pada dasarnya kata, frasa, pasal, delik-delik “makar” atau terjemahan asal dari asalnya, bahasa Belanda “aanslag” adalah sebuah perbuatan, yaitu perbuatan “serangan”. Kemudian, makna berlapis “serangan” sebagai metode tersebut memiliki tujuan masing-masing yaitu tergantung pada delik dalam pasal. Makanya ada agresi Belanda ke Yogyakarta pasca Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

 Spiritual berbasis kata dasar spirit + ritual. Makna sesuai kebahasaan maupun substansial, sesuai asas vaksin 3m (manjur, mujarab, mustajab). Kembali ke alinea pertama. Iseng bedah bahasa. Simak peribahasa “menebas buluh serumpun”. Bisa jadi menebas v nebas, mborong (asil tetanèn), misal membeli hasil kebun sebelum dipetik atau dipanen.

 Namun pentetapan plus penterapan permaksudan “merusak nama seluruh keluarga”. Tukang tebas di tangan ahlinya, semacam petugas partai yang sedang kontrak politik selaku kepala negara. Pangkas birokrasi dari bawah atau tebas birokrasi non-sipil dari atas. Adaptasi bisa mulus setelah ganti presiden. Itu kalau adab berpancasila masih tokcér, cespleng kepleng. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar