Halaman

Senin, 18 Januari 2021

status statis fatalisme dan fatamorganaisme

 status statis fatalisme dan fatamorganaisme

Tidak ada kaitan apalagi keterikatan moral kebangsaan dengan sistem. Bebas bukan berarti tanpa makna hikmah adab selaku makhluk sosial-budaya (sosbud). Ketekunan atau pernasiban mengantar anak sosbud – khususnya siswi – lebih berkelas dalam masyarakat. Garis tangan anak IPA, PP (paspal) lebih terbaca. Eksis secara formal sesuai ketentuan batas usia kebaktian. Lepas dari angka harapan hidup atau sebutan semaksud.

 Akal sehat, otak kanan dan atau otak kiri terformat dalam deretan angka, bilangan. Babakan hidup tidak ada yang serba kebetulan. Seolah semua rangkaian kejadian serba otomatis, sesuai asas sebab-akibat. Diperkuat landasan percaya diri, yakin diri bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Agak beda memang.

 Filsofi “narima ing pandum” sesuai rajah tangan, bentuk wajah, makna nama diri, weton waton, gugon tuhon, golongan darah serta aroma BB (bau badan), BAB. Hidup di dunia seolah dituntut sekedar menghabiskan jatah umur. Jatah hidup manusia sesuai rezeki-Nya. Begitulah kehidupan pada umumnya. Banyak hal yang bisa dilakukan sebelum waktunya. Tidak harus menunggu jatuh tempo. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar