Halaman

Kamis, 21 Januari 2021

memperalat akal sehat diri

 memperalat akal sehat diri

 Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat, hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan antara ketiganya. Manusia bisa menjadi seperti malaikat hanya tunduk patuh pada Allah, bisa seperti hewan hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa seperti setan hanya mengumbar hawa nafsunya. (Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/123431/ khutbah-jumat-4-permata-dalam-diri-manusia-dan-yang-membinasakannya)

 Dunia pendidikan Indonesia, yang lebih mengandalkan kinerja otak kanan maupun otak kiri, bukannnya tidak mengundang dan mengandung masalah. Semakin orang berakal, banyak akal maka akan berbanding lurus dengan kekurangan akal sehatnya. Akal sehat dijaga, dirawat dan diruwat dengan asupan gizi religi. Mana otak kanan, mana otak kiri, yang dominan malah otak yang disusupi gelombang TIK. Sejak revolusi TIK, semakin bangga dan yakin diri karena di tangannya menjadikan kaki tak kemana-kemana.

 Generasi Nusantara tak ditentukan oleh batasan usia. Karena anak kemarin sore, anak bau kencur atau bahkan sejak dalam kandungan sudah ramah TIK. Dunia semakin sempit dan menyempitkan pertumbuhan jiwa raga. Pemain di dunia maya tak disyaratkan pendidikan formalnya. Asal bisa calistung, langsung masuk pasar bebas menulis. Merdeka berujar apapun.

 Indonesia darurat akal sehat. Bagamana dengan penggunaan akal pada manusia politik. Apakah ada perbedaan antara politisi sipil dengan pegiat parpol mantan alat negara. Beda jam terbang, lain latar belakang. Beda nyali. Beda aneka ujaran. Lebih piawai memadupadankan hujat dengan jilat. Akal yang iya-iya sampai akal yang tidak-tidak sudah dipraktikkan. Terlebih saat praktik pertahanan. Bertahan yang baik dan benar adalah dengan melakukan serangan. Soal keamanan, sesuai jargon politik. Semua bisa diatur. Atas bisa dielus-elus, bawah tinggal mendengus, kementus. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar