gotong angkat kerandanya sendiri ke liang lahat
KILAS BALIK
Tepat duga bahwasanya niatan susun narasi ini terinspirasi judul jadul. Pernah tayang di laman wasathon.com. Tepatnya 10 September 2013 09:29. Humaniora, dibaca :110 kali , 0 komentar. Nyaris lupa, judul dimaksud “Jalan Kaki Menuju Kuburannya Sendiri”.
Sebut saja mendaur ulang, mengoplos sinergitas dengan fakta terkini atau ungkap kejadian yang tidak terjadi. Bukan acara rawat, ruwat atau tolak bala. Bukan adegan tebus dosa atau ingat diri selaku makhluk sosial. Bukan atraksi ritual adat lokal sarat pratanda zaman yang serba saling silang, rintang palang halang.
GUBAH FAKTA
Babakan kehidupan di dunia bisa tipikal harian. Catatan akhir menjadi penentu perolehan tiket. Bukan mengandalkan amalan. Semua karena kasih sayang-Nya. Lebih daripada itu, ikrar ketauhidan dengan catatan jangan lupa janji, abai, lengah atas ketuhanan dan keesaan-Nya.
Fitur statistik bulanan, menunjukkan pasang surut kadar kualitas maupun kembang kempis takaran kuantitas prestasi harian. Evaluasi diri sejak dini, muhasabah, bukan soal hitung-hitungan dengan Allah SWT. Soal hasil, balasan kerja, pahala atau amal bakti diri menjadi hak prerogatif Allah SWT.
HAK MANUSIA
Hak mutlak, total, bulat, utuh, komplit manusia adalah melaksanakan kewajibannya selaku hamba-Nya. Jika manusia tidak rutin mohon perlindungan-Nya dari godaan setan terkutuk, akan menjadi kesetanan. Kondisi ini menjadi makanan empuk orang lain yang merasa ahli usir makhluk halus. Antar makhluk halus yang bersarang di tubuh kita dengan makhluk halus di tubuh “orang pintar” terjadi koalisi.
Modus “orang pintar” dengan membaca cuplikan ayat suci. Disuarakan atau sekedar komat-kamit. Dilengkapi dengan gerak tangan serta wajah serius. Lupa kalau sang pasien selalu kontak dengan pemilik jiwanya.
SAKSI
Kegiatan manusia untuk urusan dunia didominasi pada posisi berdiri, duduk, berbaring. Sambil fokus ke pekerjaan, hati, jiwa, batin, rohani bisa ingat akan adanya Allah SWT, dengan doa, dzikir, maupun shalawat.
Jagalah kaki tangan sendiri. Bisa meringankah langkah di dunia. Ringan tangan, tangan rajin menjamah, kerajinan tangan sampai karena memang tak bermata. Tapi di pengadilan akhirat. Lain perkara lain pasal.
Salah satu upaya nyata bermuhasabah adalah menjadi saksi atas diri sendiri. Kita merujuk penjelasan Al-Qur’an [QS Al Qiyaamah (75) : 14] : “Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri”. Walau ayat di atas diberlakukan di pengadilan akhirat, namun maksudnya ayat ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia (lidah, tangan dan kaki) menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah manusia lakukan di dunia. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar