re(n)dam banjir di musim hujan
Perasan, pemangkasan sila-sila dasar negara di negara berkembang, di luar nusantara. Terasa nyata sampai isi benak anak bangsa berketurunan aseli, tanpa pembauran. Infiltrasi ideologi bebas haluan bebas, menambah daya pikir, kadar nalar, aksi logika. Transformasi bentukan politik nasionalis kebangsaan, lebih cenderung ke sistem pewarisan kekuasaan.
Hujan penguak manipulasi muka bumi. Betapa manusia melebihi panggilan tugas untuk merubah wajah bumi. Tanah air, darat laut menjadi ajang adu tamak. Yuridis formal, legal konstitusional menjadi agenda utama pembangunan terselubung tiap pemerintahan. Kian nyaring menjadi lagu wajib tiap periode dalam format ramah dan peduli lingkungan.
Serakah politik sudah melampaui ambang batas kesabaran alam. Manusia (serigala) politik dimana pun bercokol, mampu “menentukan” kebijakan alam. Eksploitasi dan eksplorasi alam demi sejahtera bangsa lain. Siklus hidup air menjadi tabung reaksi yang efektif tak kenal kompromi. Tidak bisa diajak main politik suka-suka, sama-sama.
Memahami diplomasi alam. Sistem peringatan dini, yang tercanggihpun, sulit mendeteksi bencana alam. Padahal, binatang dan tanaman mampu membaca bahasa dan pratanda alam. Kehidupan manusia seolah kian jauh dengan sentuhan alam. Setiap orang gemar mendapat kebaikan, menerima kebaikan hati orang lain. Nyaman dengan ramahnya alam. Namun tak setiap manusia tanggap berbuat baik. Apalagi hobi melestarikan alam. Merasa alam, tanah-air wajib mengayomi penghuni bumi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar