harta, nyawa atau kedudukan, demi berpancasila
Bukan tema dagelan politik, macam goro-goro. Adegan perwayangan menjadi favorit penonton. Muncul di jam ngantuk-ngantuknya. Babaran yang ditunggu, dinanti dan yang menjadi daya tarik. Orang boleh tidak paham, ora dong dengan skenario babak demi babak.
Simbolisasi kehidupan manusia segala cuaca. Dinarasikan oleh ki dalang apa adanya vs ada apanya. Ini berlaku di pagelaran wayang kulit. Beda pasal dengan atraksi wayang wong. Wong wayang, bisa-bisa bisa salah ucap, keliru hafalan. Kebablasan adegan menjadi tanda lakon dan atau pelakon kurang sajen.
Dalang politik bebas memainkan tokoh wayang siapa saja, tidak harus sesuai karakter, spesifikasi, watak kemanusiaan ybs. Antara raksasa dengan ksatria, dimainkan seenak pesanan. Wujudan emansipasi, pria tulang lunak adu jotos melawan raksasi berotot, berwajah sangar.
Pakem tidak berlaku. Tiket terusan tergantung. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar